Mengenal Para Sahabat Perawi Banyak Hadits
- Ditulis oleh Abdur Rosyid
Berikut ini para sahabat yang banyak meriwayatkan hadits (al-muktsirun min al-shahabah) berikut tahun kelahiran dan wafatnya serta jumlah hadits yang mereka riwayatkan. Untuk membayangkan lebih jelas tentang Tahun Qablal Hijrah (QH) dan Tahun Hijriyah (H), Rasulullah saw berhijrah 13 tahun setelah Kenabian kemudian setelah itu menetap selama 10 tahun di Madinah.
Nama sahabat | Lahir dan wafat | Jumlah hadits |
Abu Hurairah ra | 19 QH - 59 H | 5374 |
Abdullah ibn Umar ra | 11 QH - 73 H | 2630 |
Anas ibn Malik ra | 10 QH - 92 H | 2286 |
Aisyah bint Abi Bakr ra | 19 QH - 58 H | 2210 |
Abdullah ibn Abbas ra | 3 QH - 68 H | 1660 |
Jabir ibn Abdillah ra | 16 QH - 78 H | 1540 |
Abu Sa'id Al-Khudri ra | 10 QH - 74 H | 1170 |
Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa seluruh sahabat diatas dilahirkan sebelum hijrah. Dan semua dari mereka kecuali Ibnu Abbas ra sudah berusia belasan tahun (minimal 10 tahun) ketika Rasulullah saw berhijrah. Kemudian, secara umum mereka masih hidup sekitar 50 - 60 tahun sesudah wafatnya Rasulullah saw. Sebagaimana nampak di tabel, mereka hidup sampai dengan tahun 59 - 92 H.
Cara Mendapatkan dan Meriwayatkan Hadits
- Ditulis oleh Abdur Rosyid
Ada dua hal yang niscaya dalam periwayatan hadits: mendapatkan hadits (al-tahammul) dan meriwayatkan hadits (al-adaa'). Untuk mendapatkan hadits, hanya dipersyaratkan tamyiiz saja, dan tidak dipersyaratkan baligh dan Islam. Namun untuk meriwayatkan hadits, dipersyaratkan baligh dan Islam. Dengan demikian, seseorang bisa saja mendapatkan hadits sebelum ia baligh (namun sudah mumayyiz) atau sebelum ia masuk Islam, kemudian meriwayatkannya setelah ia baligh dan beragama Islam.
Berikut ini beberapa cara mendapatkan dan meriwayatkan hadits:
Pertama, mendengarkan (al-simaa') dari guru, yakni guru membaca hadits dan murid mendengarkannya. Dalam hal ini guru bisa membaca hadits dari hafalannya atau dari kitabnya. Adapun murid bisa mendengar sambil menuliskannya atau sekadar mendengar saja.
Kedudukannya: Ini adalah cara tahammul dengan derajat tertinggi menurut jumhur 'ulama hadits.
Lafazh-lafazhnya antara lain:
- "Sami'tu" atau "Haddatsanii" atau "Haddatsanaa" untuk al-simaa' melalui tahdits atau imlaa'
- "Qaala lii" atau "Dzakara lii" untuk al-simaa' melalui mudzakarah
Mengenal Kitab-kitab Syarah Hadits
- Ditulis oleh Abdur Rosyid
Berikut ini beberapa kitab syarah dari kitab-kitab hadits yang utama.
Kitab-kitab syarah Shahih Al-Bukhari antara lain:
- A'laam Al-Hadits karya Imam Al-Khaththabi (wafat tahun 388 H)
- Syarh Al-Nawawi 'ala Al-Bukhari (belum tuntas) karya Imam Al-Nawawi (wafat tahun 676 H)
- Al-Kawakib Al-Durari karya Imam Al-Karmani (wafat tahun 786 H)
- Fathul Baari (belum tuntas) karya Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali (wafat tahun 795 H)
- Al-Taudhih karya Imam Ibnul Mulaqqin (wafat tahun 804 H)
- Fathul Baari karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani (wafat tahun 852 H)
- 'Umdatul Qaarii karya Imam Badruddin Al-'Aini (wafat tahun 855 H)
- Irsyad Al-Saari karya Imam Al-Qasthalani (wafat tahun 923 H)
Kitab-kitab syarah Shahih Muslim antara lain:
- Al-Mu'lim bi Fawa-id Muslim karya Imam Al-Maziri (wafat tahun 536) yang belum tuntas, lalu kemudian dilanjutkan oleh muridnya, Al-Qadhi 'Iyadh (wafat tahun 544 H), dengan kitabnya Ikmal Al-Mu'lim li Fawa-id Muslim
- Al-Mufhim karya Imam Abul 'Abbas Al-Qurthubi (wafat tahun 656 H)
- Al-Minhaj karya Imam Al-Nawawi (wafat tahun 676 H)
- Ikmal Al-Ikmal karya Abu Abdillah Al-Ubay (wafat tahun 827 H)
- Mukmil Ikmal Al-Ikmal karya Imam Al-Sanusi (wafat 895 H)
- Al-Dibaj karya Imam Al-Suyuthi (wafat tahun 911 H)
Mengenal Kitab-kitab Hadits
- Ditulis oleh Abdur Rosyid
Kitab-kitab hadits disusun dengan berbagai cara yang berbeda. Diantara jenis-jenis kitab hadits adalah:
- Al-Jaami', yaitu kitab hadits yang menghimpun segala permasalahan dan dibagi menjadi berbagai bab berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, yang tidak terbatas pada bab-bab fiqih saja. Contoh: Al-Jaami' Al-Shahih karya Imam Al-Bukhari.
- Al-Sunan, yaitu kitab hadits yang dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan bab-bab fiqih dan ahkam. Contoh: Sunan Abi Dawud.
- Al-Musnad, yaitu kitab hadits yang dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan nama sahabat yang meriwayatkan, tanpa pembagian berdasarkan topik. Contoh: Musnad Imam Ahmad ibn Hanbal.
- Al-Mu'jam, yaitu kitab hadits yang dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan nama para sahabat (disebut dengan mu'jam al-shahabah) atau nama guru-gurunya (disebut dengan mu'jam al-syuyukh), yang diurutkan berdasarkan urutan huruf: alif, ba', ta', dan seterusnya. Contoh: Mu'jam Al-Thabrani Al-Awsath dan Mu'jam Al-Thabrani Al-Shaghir.
- Al-Shahih, yaitu kitab hadits yang hanya mencantumkan hadits-hadits yang shahih saja. Contoh: Al-Jaami' Al-Shahih karya Imam Al-Bukhari.
- Al-Mustadrak, yaitu kitab hadits yang berisi hadits-hadits shahih sesuai syarat Al-Bukhari dan Muslim namun tidak tercantum dalam Shahih Al-Bukhari maupun Shahih Muslim. Contoh: Mustadrak Al-Hakim.
- Al-Muwaththa', yaitu kitab hadits yang dimudahkan untuk digunakan oleh para penuntut ilmu atau masyarakat yang lebih luas. Contoh: Muwaththa' Imam Malik.
Jenis-jenis Hadits Dhaif
- Ditulis oleh Abdur Rosyid
Sanad adalah rantai periwayatan. Misalnya: Dari Imam Al-Bukhari, dari fulan bin fulan, dari fulan bin fulan, dari fulan bin fulan, dan seterusnya, sampai dengan dari tabi'i, dari sahabat, dari Rasulullah saw. Dalam hal ini Imam Al-Bukhari adalah awal sanad, sedangkan sahabat disebut sebagai akhir sanad. Secara umum hadits menjadi dhaif karena salah satu dari empat sebab: 1) saqath dalam sanad, 2) celaan mengenai sifat ('adalah maupun dhabth) perawi, 3) syudzudz, dan 4) 'illah qadihah. Berikut ini adalah jenis-jenis hadits dhaif:
Hadits mu'allaq: ialah hadits yang salah satu atau lebih dari para perawinya dihilangkan (dihapus) dari awal sanad. Misalnya hadits yang langsung disandarkan kepada Rasulullah saw, atau hanya menyebutkan sahabat lalu Rasulullah saw, atau hanya menyebutkan tabi'i, lalu sahabat, lalu Rasulullah saw.
Hadits mursal: ialah hadits yang salah satu atau lebih dari para perawinya dihilangkan (dihapus) dari akhir sanad. Yakni ketika seorang tabi'i langsung menyandarkan riwayatnya kepada Rasulullah saw tanpa menyebutkan seorang sahabat.
Hadits munqathi': ialah hadits yang salah satu atau lebih dari para perawinya dihilangkan (dihapus) dari tengah sanad. Yakni ketika seorang perawi menyandarkan hadits kepada sahabat tanpa melalui seorang tabi'i. Ini adalah definisi hadits munqathi' yang paling sering dipakai, meskipun ada juga yang mendefinisikan hadits munqathi secara lebih luas, mencakup pula hadits mu'allaq dan hadits mursal.
Hadits mu'dhal: ialah hadits yang dua tingkatan perawinya secara berurutan terputus atau tidak disebutkan. Misalnya, Malik berkata, Rasulullah saw berkata. Atau Al-Syafi'i berkata, Ibnu Umar berkata.
Hadits mudallas: yaitu hadits yang didalamnya terdapat 'aib yang berusaha disembunyikan oleh perawinya. Ini mencakup:
- Tadlis al-isnad: yaitu jika ada perawi yang pernah bertemu namun sebetulnya tidak mendengar darinya, atau ada perawi yang sezaman namun sebetulnya tidak pernah bertemu apalagi mendengar darinya.
- Tadlis al-taswiyah: yaitu jika ada perawi yang meriwayatkan dari perawi dhaif yang posisinya dalam sanad ada diantara dua perawi tsiqah, yang mana dua perawi tsiqah tersebut memang pernah bertemu.
- Tadlis al-qatha': yaitu jika ada perawi yang mengatakan "haddatsanaa" atau "sami'tu" lalu kemudian diam, baru kemudian menyebutkan nama perawi fulan bin fulan, seolah-olah ia mendengar darinya.
- Tadlis al-'athaf: yaitu jika ada perawi yang mengatakan bahwa dia mendengar dari dua orang perawi, padahal dia hanya mendengar dari salah satunya saja.
- Tadlis al-syuyukh: yakni jika didalam sanad ada nama perawi yang dinamai dengan sebutan lain yang tidak dikenal (misalnya dengan menisbatkan bukan kepada bapaknya dan sebagainya), untuk menyamarkan (yakni agar tidak mudah dikenali).
Halaman 19 dari 69