ImageKetika seseorang menapaki jalan dakwah dari waktu ke waktu maka ia pasti mendapatkan banyak pengalaman dan pelajaran. Semakin panjang rute dakwah yang telah ia lewati, maka ia haruslah semakin dewasa dan bijaksana. Seorang juru dakwah haruslah seorang ulul abshar, yang senantiasa cermat dalam menarik pelajaran (ibrah).

Akan tetapi, kita hendaknya bisa membedakan antara semakin dewasa dan semakin permisif, luntur, dan longgar. Keduanya tentu amat berbeda. Semakin dewasa tentu baik. Namun semakin permisif, luntur, dan longgar bukanlah sebuah kemajuan, tetapi sebaliknya : sebuah kemunduran.

Semakin dewasa antara lain ditunjukkan dengan sikap yang semakin jauh dari fanatisme (ta’ashub), semakin terbuka terhadap setiap kebenaran dan maslahat darimanapun datangnya, tidak tergesa-gesa, tidak emosional, memiliki sudut pandang yang semakin lengkap dan komprehensif, dan sebagainya. Sikap-sikap yang demikian ini secara alami biasanya muncul seiring dengan lamanya perjalanan seseorang itu sendiri, meskipun bisa lebih dipercepat dengan belajar dari pengalaman orang lain. Dengan belajar dari pengalaman orang lain atau para pendahulu, sebuah gerakan akan bisa menghemat waktu untuk mencapai tujuannya. Tanpa belajar, setiap generasi tentu akan senantiasa melewati kesalahan yang sama, sehingga waktu yang dihabiskan pun akan lebih banyak.

Semakin permisif dan longgar menandakan kualitas ruhiyah yang semakin menurun. Apabila kualitas ruhiyah seseorang semakin tinggi, maka ia tentu akan semakin wara’ (suka menjauhi yang syubhat) dan senantiasa ingin menggapai derajat al-abraar, yang mana al-abraar itu disifati oleh pepatah “Hasanatul ‘awwaam sayyiatul abraar (Kebaikan orang awam itu sangat bisa jadi adalah hal yang dianggap buruk oleh al-abraar)”. Bahkan peningkatan ilmu pun, jika tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas ruhiyah, hanya akan meyebabkan seseorang semakin jauh dari Allah. “Barangsiapa bertambah ilmunya tetapi tidak bertambah imannya, maka ia tidaklah bertambah kecuali semakin bertambah jauh dari Allah”.