Mulai dari QS Al-Qashash: 76 Allah Ta'ala bercerita tentang Qarun yang merupakan salah seorang diantara kaum Nabi Musa 'alaihissalam.

إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَىٰ فَبَغَىٰ عَلَيْهِمْ ۖ وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ

Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri".

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan."

Dalam kedua ayat diatas dinyatakan bahwa Qarun berbuat zhalim kepada orang banyak. Kemudian orang-orang memberikan nasihat kepadanya. Isi nasihatnya pada dasarnya dua. Pertama, jangan sombong, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong. Kedua, jangan berbuat kerusakan di muka bumi, Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan."

Sesudah nasihat demi nasihat tidak mampu menyadarkan Qarun, maka Allah pun meng-adzab Qarun dengan menenggelamkannya beserta harta bendanya kedalam tanah.

Kemudian Allah menutup dalam QS Al-Qashash: 83 dengan firman-Nya:

تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۚ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

"Itulah kampung akhirat, Kami menjadikannya untuk orang-orang yang tidak menginginkan ketinggian di muka bumi dan tidak juga kerusakan. Dan kesudahan yang baik adalah untuk orang-orang yang bertaqwa."

Dengan demikian, kita bisa mengambil pelajaran bahwa Allah menjanjikan kebahagiaan di akhirat dengan dua syarat. Pertama, tidak sombong. Kedua, tidak berbuat kerusakan. Ini selaras dengan dua misi hidup manusia, ibadah dan khilafah. Amanah ibadah artinya menundukkan diri di hadapan Allah, tidak menyombongkan diri diatas muka bumi karena kita hanyalah hamba Allah yang lemah dan karenanya senantiasa butuh dan meminta pertolongan kepada Allah. Dalam QS Al-Sajdah: 15, Allah Ta'ala berfirman:

إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ

"Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong."

Demikianlah orang-orang yang tidak sombong akan menundukkan dirinya di hadapan Allah, bersujud kepada-Nya, menyembah-Nya semata.

Adapun amanah khilafah artinya memakmurkan bumi, dan tidak malah berbuat kerusakan diatasnya. Berbuat kerusakan di muka bumi meliputi berbuat kerusakan kepada sesama manusia dan kepada makhluk-makhluk Allah yang lainnya.

Faidah:

Allah Ta'ala berfirman: 

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

Ini adalah peringatan bahwa orientasi kita haruslah selalu akhirat. Adapun perhatian kita kepada urusan dunia hanyalah sekadar "jangan sampai lupa". Yang demikian ini karena akhirat-lah kehidupan yang sesungguhnya. Allah Ta'ala berfirman dalam QS Al-Ankabut: 64:

وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui."

Faidah:

Allah Ta'ala berfirman:

وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ

Ini adalah perintah agar kita berbuat baik kepada sesama sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada kita. Ketika Allah memberikan banyak rizki kepada seseorang maka dia sudah semestinya berbuat kebaikan kepada manusia yang lainnya.