Keutamaan surat
Surat Al-Falaq dan Al-Naas disebut sebagai Al-Mu'awwidzatain, yang artinya dua surat perlindungan, karena keduanya berisi permintaan perlindungan kepada Allah. Dalam Shahih Muslim disebutkan hadits 'Uqbah ibn 'Amir, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, "Tidakkah engkau tahu bahwa malam ini telah diturunkan ayat-ayat yang tidak ada yang semisal dengannya? Yaitu Qul a'udzu biRabbil falaq (QS Al-Falaq) dan Qul a'udzu biRabbin naas (QS Al-Naas)." Hadits ini diriwayatkan oleh juga Ahmad, Al-Tirmidzi, dan Al-Nasai. Al-Tirmidzi mengatakan bahwa ini hadits hasan shahih.
Diriwayatkan oleh Al-Tirmidzi, Al-Nasai, dan Ibn Majah bahwasanya Abu Sa'id Al-Khudri ra menyebutkan bahwasanya Rasulullah saw biasa berlindung (dengan wirid) dari kejahatan 'ain jin dan manusia. Ketika Al-Mu'awwidzatain diturunkan maka Rasulullah saw mengambilnya sebagai perlindungan dan meninggalkan yang selainnya. Al-Tirmidzi mengatakan ini hadits hasan shahih.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Imam Malik bahwa Aisyah ra menceritakan bahwasanya Rasulullah saw ketika sakit beliau membaca Al-Mu'awwidzatain dan meniupkannya. Maka ketika sakit beliau makin hebat maka Aisyah membacakannya pada beliau lalu mengusapkan tangan beliau kepadanya.
Kandungan QS Al-Falaq
Dalam surat ini kita meminta perlindungan kepada Tuhan waktu shubuh, yaitu Allah Ta'ala. Pertama-tama, kita meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan apapun yang Dia ciptakan. Artinya, dalam surat ini kita meminta perlindungan kepada Allah dari kejahatan apa saja. Namun sesudah itu kita juga minta perlindungan kepada Allah dari tiga kejahatan yang disebutkan secara khusus. Pertama, kejahatan malam apabila telah gelap. Ada juga yang meriwayatkan bahwasanya yang dimaksud adalah kejahatan bulan di malam hari. Semuanya benar karena bulan hanya muncul ketika malam. Sebagaimana diketahui, banyak kejahatan yang muncul atau dilakukan di malam hari. Kedua, kejahatan tukang-tukang sihir yang meniup pada tali-tali buhul. Ketiga, kejahatan orang yang dengki apabila ia mendengki.
Min lathaif nahwiyah: "ghasiqin idza waqab" disebutkan sebagai nakirah karena tidak semua yang ada pada malam hari itu jahat. Hanya sebagiannya yang bisa menjadi sesuatu yang jahat. Demikian, "haasidin idza hasad" juga disebutkan sebagai nakirah karena tidak semua iri itu sebuah kejahatan. Ada juga iri yang tidak jahat misalnya iri terhadap suatu kebaikan. Wallahu a'lam. Namun "al-naffaatsaat (tukang-tukang sihir)" disebutkan sebagai ma'rifah dengan tujuan li-stighraqil jins karena semua tukang sihir pasti jahat. Hal ini disebutkan oleh Said Hawa dalam kitabnya Al-Asas fi al-Tafsir.
Renungan: Tiga bentuk kejahatan yang disebutkan secara khusus dalam surat ini seringkali memiliki hubungan. Tukang-tukang sihir biasanya melancarkan aksinya di malam hari, meskipun tidak selalu. Demikian pula, orang yang melancarkan sihir biasanya didasari oleh rasa dengki. Atau, orang yang dengki tidak jarang melakukan sihir untuk mencabut kenikmatan dari orang yang ia dengki dan mencelakakannya.
Renungan: Kedudukan Allah sebagai Pencipta dan Penguasa waktu shubuh disebutkan dalam surat ini, barangkali adalah karena waktu shubuh adalah waktu dimana kegelapan berakhir, karena shubuh menandai akan datangnya cahaya terang dan berakhirnya kegelapan. Demikian pula Allah tentu dengan mudah akan menghilangkan segala kejahatan di malam hari dan kejahatan-kejahatan semua makhluq-Nya yang identik dengan gelapnya malam sebagaimana mudahnya Dia menghilangkan gelap dan menggantinya dengan terangnya siang. Wallahu a'lam.
Kandungan QS Al-Naas
Dalam surat ini kita meminta perlindungan kepada Allah dari kejahatan "al-khannaas" dengan terlebih dulu menyebut dan memuji Allah sebagai Rabb, Raja, dan Ilah segenap manusia. Tiga ayat pertama memberikan pernyataan tauhidullah: tauhid rububiyah, tauhid mulkiyah, dan tauhid uluhiyah. Artinya, Allah adalah yang menciptakan, memelihara, mengatur, dan menguasai semua manusia, sekaligus yang berhak disembah oleh semua manusia. Oleh karena itu, Allah Maha Kuasa untuk melindungi manusia dari sesuatu yang bahkan sangat halus, yang mungkin tidak ia rasakan dan bahkan tidak bisa ia lihat.
Dengan menyebut tiga sifat Allah dalam tiga ayat pertama, kita meminta perlindungan kepadanya dari kejahatan "al-khannaas". Dari sisi bahasa dan juga dari beberapa riwayat, bisa dipahami bahwa "al-khannas" adalah syetan yang memberikan bisikan kedalam hati manusia, yang jika seorang manusia sedang ingat kepada Allah maka syetan ini bersembunyi namun jika dia sedang lalai maka syetan ini akan memberikan bisikan kedalam hati. Sebagaimana dijelaskan dalam surat ini, bahwa syetan yang memberikan bisikan ini bisa dating dari golongan jin maupun manusia. Ini dipertegas dalam QS Al-An'am: 112 bahwasanya syetan itu terdiri dari golongan jin dan manusia:
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا
Simetri dan keindahan bahasa
Kita bisa melihat simetri dan keindahan bahasa dalam QS Al-Falaq dalam susunan lafazhnya. Ayat 1 dan 2 berakhiran dengan huruf qaaf. Ayat 4 dan 5 berakhiran dengan huruf daal. Dan ditengah-tengahnya, ayat 3 berakhiran dengan huruf baa'.
Keserasian dan keindahan bahasa bisa kita lihat dalam QS Al-Naas pertama-tama dari susunan lafazhnya. Semua ayat dalam surat ini berakhiran dengan huruf siin. Adapun simetri dalam QS Al-Naas bisa kita lihat pada kandungan suratnya. Ayat 1 sampai dengan 3 (semuanya tiga ayat) menyebutkan dan memuji sifat-sifat Allah, yang kita mintai perlindungan. Sedangkan ayat 4 sampai dengan 6 (semuanya tiga ayat) menyebutkan kejahatan yang darinya kita meminta perlindungan kepada Allah.
Min lathaif syu'uriyah: Ayat-ayat dalam QS Al-Falaq berakhiran dengan huruf-huruf qalqalah (qaaf, baa', dan daal) yang memantul jika dibaca secara waqf. Huruf-huruf qalqalah yang digunakan disini adalah huruf-huruf yang tegas dan keras, yang mengisyaratkan sifat dari kejahatan, yaitu keras dan bisa merusak bila mengenai sasarannya. Namun pantulan justru terjadi dari sesuatu yang bersifat keras. Disini kita bisa merasakan bahwa kejahatan itu bisa dipantulkan untuk tidak menimpa hamba-hamba Allah yang berlindung kepada-Nya dan bahkan menimpa balik orang-orang yang melakukannya. Wallahu a'lam bish shawab.
Adapun ayat-ayat dalam QS Al-Naas semuanya berakhiran dengan huruf siin, yang menyiratkan sifat halus. Ini sesuai dengan sifat kejahatan yang kita sebutkan dalam surat ini, yakni "al-khannas", yang sifatnya halus, sulit disadari, sulit dirasakan, dan tidak terlihat. Terhadap kejahatan yang halus ini kita meminta perlindungan kepada Allah dalam QS Al-Naas.