وَإِذْ نَجَّيْنَاكُمْ مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ ۚ وَفِي ذَٰلِكُمْ بَلَاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ
"Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu."
Ternyata keinginan/ambisi untuk melanggengkan kekuasaan bisa membuat seorang penguasa melakukan hal yang sangat sadis. Akibat diramalkan bahwa kekuasaanya akan terancam/dirampas oleh seseorang (laki-laki), Fir'aun memerintahkan agar semua bayi laki-laki dibunuh. Bayangkan tingkat kesadisan perintah ini. Dari segi jumlah yang mesti dibunuh. Apa salah seorang bayi? Dan bahkan pembunuhan itu sendiri adalah sebuah kejahatan.
Selanjutnya, kalau kita renungkan, sepertinya ketika seseorang hendak melakukan suatu dosa/kejahatan, syetan akan mendatangkan seribu satu ide, bahkan ide-ide yang paling "cerdas" (baca: licik dan culas). Dari sudut pandang ilmu statistika, dengan membunuh setiap bayi laki-laki, berarti ancaman terhadap kekuasaan Fir'aun menjadi "zero probability", meski tak peduli tingkat kekejian dan kesadisannya. Kita juga ingat bagaimana ketika orang-orang musyrik di Mekkah berencana membunuh Nabi saw. Seorang syetan mengatakan, jangan dibunuh oleh seseorang karena nanti kabilah Nabi saw akan menuntut balas. Pembunuhan harus dilakukan secara bersama-sama oleh para wakil dari semua kabilah yang ada, sehingga akan menyulitkan aksi tuntut balas. Ide yang sangat cerdas, bukan?
Namun Allah punya skenario sendiri. Skenario dari Yang Maha Kuasa. Seorang bayi laki-laki bernama Musa lolos dari pembunuhan, bahkan berhasil dibesarkan di istana Fir'aun. Demikian pula Nabi saw bisa lolos dari upaya pembunuhan pada malam hari itu. Seberapapun licik dan culasnya seseorang melakukan tipu daya untuk sebuah dosa/kejahatan, ia bisa digagalkan dengan izin Allah, karena "tipu daya" Allah tentunya lebih hebat.