Setelah membuka Al-Qur'an dengan Fatihatul Kitab, Allah mendahului ayat-ayat yang akan datang setelahnya dengan penegasan bahwa Al-Qur'an ini tiada sedikitpun keraguan didalamnya (memakai shighah laa linafyil jins):
 
ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ
 
"Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya."
 
Kemudian Allah menegaskan bahwa Al-Qur'an adalah sebagai petunjuk, bagi orang-orang bertakwa, dan (di ayat lainnya) bagi manusia seluruhnya.
 
Dijelaskan dalam ayat ke-5 bahwa orang-orang bertakwa adalah orang-orang yang berada diatas petunjuk. Disini cocok, orang-orang yang bertaqwa bisa mendapatkan petunjuk dengan berlandaskan pada ajaran Al-Qur'an.
 
Lalu Allah menjelaskan ciri-ciri orang-orang yang bertakwa pada ayat 3 and 4:
 
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
 
"(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka."
 
وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
 
"dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat."
 
Iman kepada yang ghaib mencakup keimanan kepada Allah, para malaikat-Nya, dan taqdir-Nya. Allah ghaib bagi kita karena tidak bisa kita lihat. Para malaikat Allah juga ghaib karena tidak bisa kita lihat dalam bentuk aslinya. Demikian pula taqdir Allah juga ghaib karena kita tidak bisa mengetahuinya. Adapun iman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad saw artinya beriman kepada Muhammad saw sebagai rasul Allah dan sekaligus kepada kitab suci yang dibawanya. Tidak mungkin beriman kepada Al-Qur'an tanpa beriman kepada yang membawanya, demikian pula tidak mungkin beriman kepada kerasulan Muhammad saw tanpa beriman terhadap apa yang dibawanya. Demikian pula, beriman kepada kitab-kitab suci yang diturunkan sebelum diutusnya Muhammad saw artinya berimana kepada para rasul sebelum Muhammad saw dan kitab-kitab yang mereka bawa. Maka kita bisa melihat bahwa ayat 3 dan 4 ini merangkum rukun iman yang enam yaitu iman kepada Allah, para malaikat-Nya, para rasul-Nya, kitab-kitab suci-Nya, Hari Akhir, dan taqdir Allah.
 
Ayat 3 dan 4 menerangkan ciri-ciri orang yang bertaqwa yang mencakup baik aspek keimanan maupun aspek ibadah. Dan bukan cuma ibadah ritual (sholat) tetapi juga ibadah sosial (menginfakkan sebagian dari harta yang dimiliki). Keimanan dan ibadah, baik ritual maupun sosial, itulah yang akan membawa pada keberuntungan/kesuksesan sejati (al-falah).
 
Kesimpulannya, orang-orang yang bertaqwa adalah orang-orang yang beriman dan sekaligus beramal. Dan amalnya pun bukan hanya ritual, namun juga sosial. Adapun bagaimana beriman dan beramal harus didasarkan pada petunjuk Allah yang ada dalam Al-Qur'an. Tentu saja Al-Qur'an datang dengan penafsir dan penjelasnya yaitu Rasulullah saw. Beriman dan beramal ritual sekaligus sosial berdasarkan petunjuk Al-Qur'an dan penjelasannya (As-Sunnah) inilah yang akan membawa pada keberuntungan/kesuskesan sejati (al-falah).