Tadabbur Q.S. Al-Baqarah: 1-20
 
Di awal Q.S. Al-Baqarah ini, Allah berbicara tentang orang-orang bertakwa dalam 4 ayat (2-5), tentang orang-orang kafir dalam 2 ayat (6-7), dan tentang orang-orang munafiq dalam 13 ayat (8-20). Dari fakta ini kita memiliki kesan bahwa orang-orang munafiq dibicarakan dengan lebih detail ketika tiga jenis manusia ini dibahas dalam kumpulan ayat ini. Orang-orang kafir memiliki label formal yang jelas, namun tidak demikian dengan orang2 munafiq. Bahkan di masa kenabian sendiri, nama-nama orang munafiq tidak diumumkan oleh Rasulullah saw. Sebagaimana kita tahu, hanya Hudzaifah ra yang mendapat informasi tentang nama-nama orang munafiq di kala itu.
 
Namun Allah dan Rasul-Nya menjelaskan karakteristik dan ciri-ciri orang munafiq, termasuk diantaranya dalam kumpulan ayat ini. Barangkali nifaq memang perlu dijelaskan lebih detail karena ia adalah sebuah pengelabuhan (deception) dan juga sesuatu yang samar, ibarat semut diatas batu hitam. Jika sahabat sekaliber Umar bin Khaththab ra saja masih khawatir jika ada sifat nifaq pada diri beliau, bagaimana dengan kita?
Semoga Allah menjauhkan kita semua dari sifat nifaq.

Hati orang kafir dan orang munafiq: Dalam kumpulan ayat ini Allah menjelaskan bahwa hati orang-orang kafir itu sudah distempel (dicap) oleh Allah. Artinya, hati mereka sudah mati, yang diibaratkan seperti batu yang kelam atau bahkan lebih kelam dari batu. Adapun hati orang-orang munafiq digambarkan sebagai hati yang sakit yang semakin hari semakin bertambah sakitnya.

Renungan:
Ketika berbicara tentang orang-orang munafiq di awal-awal Q.S. Al-Baqarah, Allah menyatakan bahwa Dia menambahkan penyakit pada hati orang-orang munafiq yang sakit. Sebaliknya, di ayat yang lain disebutkan bahwa, Allah menambahkan iman pada iman yang sudah ada. Dan disebutkan di salah satu ayat Q.S. Al-Kahfi, Allah menambahkan petunjuk pada anak-anak muda yang beriman.
Dalam sebuah ayat yang sering kita dengar, Allah berfirman (yang artinya): "Jika kalian bersyukur, niscaya akan Aku tambahi kalian. Namun jika kalian ingkar, sesungguhnya adzab-Ku amat dahsyat."
Maka mari kita lihat diri kita masing-masing. Jika iman dan petunjuk makin bertambah pada diri kita, semoga itu pertanda keimanan yang jujur yang senantiasa kita syukuri. Dan semoga kita terjauh dari keimanan yang senantiasa berkurang atau penyakit hati yang makin bertambah-tambah, yang merupakan isyarat atas hati yang sakit. Memang iman itu naik turun. Ibarat sebuah grafik, meski ada fluktuasi namun semoga trend line-nya tetap naik, alias ber-gradient positif. Semoga pengalaman hidup kita membuat trend line keimanan kita naik dari waktu ke waktu, meski gradient-nya kecil. Syukur-syukur gradient-nya besar.
 
Tadabbur Q.S. Al-Baqarah: 8-20 tentang sifat-sifat orang munafiq
 
Di ayat 8 Allah menjelaskan bahwa pada hakikatnya orang-orang munafiq itu tidaklah beriman. Lisannya mengaku beriman padahal hatinya tidak. Inilah nifaq i'tiqadi. Dan atas kebohongan semacam ini, Allah telah menyiapkan adzab yang pedih (ayat 10).
Diantara karakteristik orang-orang munafiq yang ada dalam kumpulan ayat ini adalah:

  1. Suka mengklaim. Ketika dibilangi 'jangan berbuat kerusakan', mereka malah mengklaim 'kami ini orang2 yang memperbaiki.'
  2. Suka mengolok-olok. Ketika dikatakan 'berimanlah', mereka malah mengolok-olok: 'Apakah kami akan beriman seperti orang-orang yang bodoh?'
  3. Suka menyangkal atau 'ngeles' (denying) yang bertentangan dengan fakta/hakikat. Perkataan mereka dalam poin 1 dan 2 adalah juga bentuk denying.
  4. Tidak bisa merasakan kesalahannya (laa yasy'uruun, laa ya'lamuun). Ketika mengklaim dan/atau mengolok-olok, yang sebenarnya bertentangan dengan hakikat yang sebenarnya, mereka tidak bisa merasa bahwa merekalah yang salah/dusta. Barangkali ini adalah karena hati mereka yang sudah sakit (fii quluubihim maradh fazaadahumullahu maradhan).
  5. Bermuka dua. Ketika sedang bersama orang-orang beriman, mereka bilang kami beriman. Namun ketika sedang bersama gerombolannya, mereka bilang, "Sebenarnya kami ini bersama kalian. Kami hanya berolok-olok (ketika bersama-sama orang-orang beriman)."
  6. Suka membeli kesesatan dengan petunjuk, dengan harga yang kecil. Hanya demi kepentingan dunia.

Dari sini, jika kita ingin terhindar dari nifaq, maka hendaknya kita membersihkan diri dari sifat-sifat diatas, dan sebaliknya memiliki sifat-sifat berikut:

  1. Mudah menerima nasihat. Jika diberikan nasihat, tidak malah mengklaim lebih baik, lebih suci, dan semacamnya. Tidak juga malah mengolok-olok orang yang menasihati.
  2. Bisa merasakan jika ada yang salah. Dalam bahasa Jawa, istilahnya "bisa rumangsa". Jangan sampai hati kita kehilangan sensitivitas, yakni sudah tidak bisa lagi merasa jika ada yang salah. 
  3. Konsisten. Tidak bermuka dua. 
  4. Tidak suka menjual agama dan kebenaran dengan kenikmatan dunia.