Di negeri kita ini memang banyak fenomena yang aneh-aneh. Pernah kita dibuat gedheg-gedheg oleh fenomena ‘batu-batu ajaib’ yang konon diyakini bisa menyembuhkan ‘segala macam’ penyakit. Saya sebut ‘batu-batu ajaib’ dan bukan sekadar ‘batu ajaib’ karena batu tersebut ternyata jumlahnya tidak hanya satu. Setelah ada satu orang mengaku punya (baca: Ponari), ada saja orang lain yang bilang bahwa ia juga punya.
Anda yang gemar kartun silat tentunya masih belum lupa dengan serial Dragon Ball. Dalam serial tersebut diceritakan adanya beberapa batu ajaib yang jika seseorang berhasil mengumpulkannya maka ia akan menjadi maha sakti dan juga awet muda. Seolah tidak mau kalah dengan batu-batu ajaib ala Dragon Ball, tidak jauh dari kita dan tidak lagi hanya ada dalam film kartun, ada batu-batu yang diyakini memiliki kesaktian serupa.
Berbondong-bondong, dan katanya ribuan jumlahnya, orang-orang datang dari berbagai penjuru daerah hanya untuk ngalap berkah dari batu-batu tersebut. Mereka bahkan rela berdesak-desakan dan ngantre berjam-jam bahkan sampai nginap hanya untuk tujuan tersebut.
Konon, diantara batu-batu tersebut, yang paling sakti adalah batu bledheg-nya Ponari. Untuk ngalap berkah dari batu tersebut, orang bahkan rela meminum air comberan yang ada di sekitar rumah Ponari. Mungkin Anda akan langsung nyelethuk, “Apa kata dunia?”
Tidak hanya itu, ada juga ide ‘cemerlang’ untuk memproduksi secara massal minuman dalam kemasan yang sudah dicelupi batu bledheg tersebut, lalu diberi merek Ponari Sweat, dan jangan lupa dipatenkan. Selanjutnya, tinggal didistribusikan ke swalayan-swalayan dan juga toko-toko kecil, pasti laris manis dan orang tidak harus susah-susah datang ke rumah Ponari dan berdesak-desakan disana.
Ada juga ide yang ‘lebih cemerlang’! Kita kan punya banyak sungai dan juga lautan. Gimana kalau batu bledheg tersebut dicelupkan ke seluruh sungai dan juga laut yang ada. Untuk mendapatkan khasiat batu tersebut tentunya lebih mudah. Orang tinggal mengambil air dari sungai terdekat, atau dari pantai terdekat, lalu meminumnya. Lebih dari itu, mungkin bisa juga untuk mandi atau bahkan cuci-cuci.
*******
Demikianlah potret nyata masyarakat kita. Dengan potret semacam ini, apakah kita berharap akan segera punya para pemimpin yang berkualitas? Para pemimpin sekarang dipilih secara langsung, mulai dari Pilkades, Pilkadal (Pemilihan Kepala Daerah Langsung), Pileg (Pemilihan Legislatif), sampai Pilpres. Nah, kalau mentalitas kita semua masih seperti ini, tentunya kita akan memilih pemimpin yang kita yakini ‘paling bertuah’ dan ‘paling sakti’, dan bukannya yang paling berkualitas. Kalau ‘peta politik’ ini disadari oleh para dukun, mestinya mereka ramai-ramai mendaftar jadi cakades, cabup, cawali, caleg, dan capres. Mungkin akan menang telak!
Namun ini baru tebakan saya. Mana yang lebih banyak antara populasi masyarakat pro-klenik dan masyarakat rasional, belum ada sensus ataupun surveinya. Bagus sekali jika BPS atau lembaga-lembaga survei mau melakukannya. ‘Ala kulli hal, saya berharap populasi yang pro-klenik jumlahnya lebih sedikit. Jika tidak, bisa-bisa negeri ini akan dipimpin oleh ‘orang-orang sakti’.
Kalau kita memimpikan masyarakat madani, seyogyanya kita tahu bahwa model terbaik masyarakat tersebut adalah masyarakat Madinah yang dipimpin oleh Nabi saw. Beliau tidaklah membangun masyarakat tersebut semudah membalik telapak tangan. Beliau telah bekerja selama tiga belas tahun lamanya untuk mempersiapkan inti masyarakat tersebut. Yang beliau lakukan selama masa yang tidak singkat itu adalah membangun akidah, membebaskan pola pikir para sahabat beliau dari segala macam klenik. Dengan bekal kekuatan akidah inilah, beliau kemudian membangun masyarakat yang benar-benar madani di Kota Madinah.
Nah, sekarang kalau kita mau napak tilas jejak Nabi saw dalam membangun masyarakat madani, tidak bisa tidak kita harus menghilangkan klenik dari masyarakat kita. Tidak ada lagi batu bledheg yang dipuja-puja, dan biarkan batu ajaib semacam itu hanya ada dalam kartun Dragon Ball yang enak ditonton sambil leyeh-leyeh.