Pada tahun 488 H / 1095 M, Paus Urbanus II dalam sebuah pidatonya di Clermont, Perancis, mengorbarkan 'Perang Suci' terhadap kaum muslimin. Maka pada tahun 490 H / 1096 M, Pasukan Salib yang disebut sebagai Pasukan Para Bangsawan (Hamlat al-Umara') diberangkatkan. Pasukan ini terdiri dari tiga kelompok. Kelompok pertama dipimpin oleh Raja Godfrey dan saudaranya Baldwin. Kelompok kedua dipimpin oleh Bohemond. Dan kelompok ketiga dipimpin oleh Raymond.
Kelompok yang dipimpin oleh Raymond bertugas untuk melakukan penyerangan ke Jerusalem. Dan pada tahun 492 H / 1099 M, Pasukan Salib yang dipimpin oleh Raymond berhasil merampas Jerusalem. Hanya dalam waktu 2 hari, pasukan ini membantai lebih dari 40.000 penduduk Jerusalem tanpa pandang bulu.
Pada tahun 507 H / 1114 M, kaum muslimin dibawah komando Modo melakukan penyerangan terhadap Pasukan Salib. Namun sayang, Modo justru tewas dibunuh oleh Kaum Bathiniyun. Berikutnya terjadi pula beberapa penyerangan kaum muslimin terhadap Pasukan Salib. El Ghozi pada tahun 512 H / 1118 M. Kemudian Aksankir pada tahun 518 H / 1125 M.
Babak baru perlawanan terhadap Pasukan Salib dilakukan oleh Imadudin Zanki. Namun sayang, pada tahun 541 H / 1146 M, ia tewas dibunuh oleh Kaum Bathiniyun.
Perjuangan Imadudin Zanki dilanjutkan oleh Nurudin. Pada tahun 569 H / 1173 M, Nurudin telah menyiapkan mimbar untuk Masjidil Aqsha, yang merupakan isyarat bahwa ia bertekad untuk mengusir Pasukan Salib dari Jerusalem. Namun belum sampai tekad tersembut kesampaian, ia wafat pada tahun 570 H / 1174 M.
Puncak usaha merebut kembali Jerusalem terjadi pada Perang Hittin pada tahun 583 H / 1187 M, yang dipimpin oleh Shalahudin Al-Ayubi, dan kaum muslimin memperoleh kemenangan. Dengan kemenangan ini, Jerusalem kembali berada dalam pangkuan umat Islam.
Namun pada tahun 585 H / 1189 M, Kepausan Roma kembali menyerukan Perang Salib untuk merebut kembali Jerusalem. Maka bergeraklah Pasukan Salib dibawah pimpinan Frederik (Jerman), Richard Si Hati Singa (Britania), dan Phillips (Perancis). Pada tahun 587 H / 1191 M, pasukan ini berhasil menaklukkan Akka. Untuk meredam pergerakan Pasukan Salib, tahun berikutnya Shalahudin menyepakati gencatan senjata selama tiga tahun tiga bulan. Hanya saja setahun kemudian (589 H / 1193 M), Shalahudin wafat.
Sepeninggal Shalahudin, Dinasti Ayubiyah terpecah. Konsekuensinya, kekuatan kaum muslimin pun melemah.
Pada tahun 601 H / 1204 M, Perang Salib IV pecah. Kemudian pada tahun 615 H / 1218 M, Perang Salib V. Dan pada tahun 625 H / 1228 M, Perang Salib VI.
Pada tahun 626 H / 1229 M, Al-Kamil, Gubernur Mesir, menandatangani Perjanjian Yafa yang menjijikkan, yang isinya menyerahkan Jerusalem (kecuali Masjidil Aqsha saja) dan beberapa kota penting Palestina lainnya kepada Pasukan Salib. Dan yang lebih parah, peristiwa serupa ini terjadi lagi pada tahun 638 H / 1240 M, ketika Ash-Shalih Ismail, Gubernur Damaskus, 'menyerahkan' Jerusalem untuk yang kedua kalinya kepada Pasukan Salib.
Beruntung, pada tahun 642 H / 1244 M, Dinasti Khawarizmiyun berhasil merebut kembali Jerusalem. Dan pada tahun 647 H / 1249 M, Pasukan Salib VII berusaha untuk merebut Jerusalem namun gagal.
Pada tahun 658 H / 1260 M, Pasukan Tartar berhasil merebut Palestina. Namun alhamdulillah, pada tahun yang sama, kaum muslimin berhasil merebut kembali Palestina dari Pasukan Tartar, dalam peperangan yang sangat terkenal: Perang Ain Jalut, yang dipimpin oleh Qutuz.
Pada tahun 1516 M, Dinasti Utsmaniyah berhasil menguasai Palestina. Dan Sultan Selim I mengeluarkan undang-undang yang melarang orang-orang Yahudi melakukan imigrasi ke Sinai dan Palestina.
Catatan: Tulisan ini sebelumnya telah dimuat di blog penulis dengan alamat https://filestin.wordpress.com.