Kriteria hisab hakiki untuk menentukan bulan baru
Ada 3 kriteria yang biasa dipakai oleh Muhammadiyah untuk menentukan bulan baru.
Pertama, ijtima' telah terjadi. Ini adalah syarat mutlak. Jika belum terpenuhi, secara substantif memang belum masuk bulan baru.
Kedua, ijtima' terjadi sebelum maghrib (terbenamnya matahari). Ini juga jelas, karena hari baru dalam penanggalan Arab dimulai dari waktu maghrib.
Sebetulnya, kriteria pertama dan kedua ini sudah cukup untuk menentukan bulan baru, jika acuannya hanyalah "new moon".
Ketiga, posisi hilal berada diatas ufuk sebelum matahari terbenam. Ini ekivalen dengan: ketika matahari terbenam, bulan belum terbenam. Seperti yang saya bahas di Part 13, kriteria ini sebetulnya bukan kriteria yang substantif. Ini sebetulnya adalah kriteria untuk visibilitas. Sebagaimana yg sudah saya bahas di Part 13, kriteria ini hanya mungkin tercapai ketika elongasi cukup besar (yang berarti bulan sudah cukup tua).
Hanya saja, kriteria ketiga ini tidak menetapkan batas minimal ketinggian hilal diatas ufuk pada saat matahari terbenam. Kalangan yg lain memberikan kriteria tambahan (kriteria keempat), yakni bahwa ketinggian hilal minimal harus sekian dan sekian, misalnya 2 atau 3 derajat. Karena meskipun hilal masih diatas ufuk ketika matahari terbenam, namun jika terlalu rendah, maka besar kemungkinan tetap tidak bisa dilihat karena cahaya mega (syafaq, sun glare). Jadi, kriteria tambahan ini adalah kriteria yang lebih demanding untuk visibilitas. Kita biasa menyebutnya: kriteria imkaniyatur ru'yah atau imkanur ru'yah.
Kriteria ketiga yang dipegang oleh Muhammadiyah sebetulnya juga kriteria imkaniyatur ru'yah (visibilitas). Namun sifatnya teoretis. Maknanya, jika kriteria ketiga ini terpenuhi, ada probabilitas bahwa hilal bisa terlihat, karena memang sudah wujud diatas ufuk. Katakanlah, jika tidak ada syafaq maka kemungkinan bulan akan terlihat karena sudah diatas ufuk. Namun faktanya, syafaq pasti ada. Karena itu dikatakan bahwa secara empiris terpenuhinya kriteria ketiga tanpa terpenuhinya kriteria keempat belum memungkinkan melihat hilal.
Nah, kemudian di tingkat empirisme inilah, orang juga berbeda pendapat tentang berapa derajatkah ketinggian minimal yang secara empiris memungkinkan untuk dilihat.