Ketika tongkat Nabi Musa 'alaihissalam berubah menjadi ular besar dan mengalahkan "ular-ular" palsu para tukang sihir Fir'aun, para tukang sihir tsb tahu bahwa yang dilakukan Musa bukanlah sihir. Mengapa mereka tahu? Karena ilmu sihir mereka sudah sangat tinggi sehingga bisa membedakan apakah sesuatu itu sihir atau bukan. Dan dengan keterbukaan hati, merekapun mengimani kenabian Musa, mengimani Allah Tuhan Musa, Tuhan mereka, dan Tuhan alam semesta. Iman yang dilandaskan pada ilmu sampai pada level yaqin, yang membuat para tukang sihir yang telah beriman tsb tak bergeming meskipun dihukum bunuh secara sadis oleh Fir'aun karena dianggap berkhianat.
 
Dalam fragmen kehidupan lain, banyak para pujangga (ahli syair) Arab Quraisy yang memahami dan mengakui bahwa Al-Qur'an bukanlah karangan manusia. Mengapa mereka bisa mengetahuinya? Karena ketinggian ilmu syair mereka. Namun, karena mereka menutup hati mereka dengan taqlid dan kesombongan, tidak terbuka pada kebenaran, maka merekapun tetap bertahan dalam kekafiran.
 
Jadi, kedalaman ilmu bisa mengantarkan seseorang pada iman yang kuat manakala dibarengi dengan hati yang jujur dan tidak menutup diri dari kebenaran.