Dalam QS Al-Baqarah ayat 31 - 39, Allah Subhanahu Wata'ala mengingatkan kita tentang kisah Nabi Adam 'alaihissalam, Bapak dari semua manusia. Dalam ayat 31-33, Allah menceritakan bahwa Allah mengajarkan semua nama-nama kepada Adam lalu menanyakannya kepada para malaikat, namun para malaikat menjawab bahwa mereka tidak mengetahui kecuali apa yang telah Allah ajarkan. Maka kemudian Allah menyuruh Adam untuk memberitahu tahu nama-nama tersebut kepada para malaikat. Kemudian dalam ayat 34 diceritakan bahwa Allah memerintahkan kepada para malaikat untuk sujud kepada Adam maka bersujudlah mereka semua kecuali Iblis, yang enggan dan merasa lebih besar. Dari sini kita bisa memahami beberapa hal. Yang pertama, manusia Allah jadikan utama karena ilmu. Ini bersesuaian dengan firman Allah: "Allah tinggikan orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat." Yang kedua, ilmu yang dimiliki manusia berasal dari Allah. Ini bersesuain dengan firman Allah: "Bacalah, dan Tuhanmu Yang Paling Mulia. Yang mengajari dengan qalam. Yang mengajari manusia apa yang tidak ia ketahui."
Kemudian kita bisa mendapati sikap diametral yang ditunjukkan oleh para malaikat dan Iblis. Para malaikat memiliki sikap yang rendah hati (tawadhu', humble). Mereka mengakui bahwa mereka tidak mengetahui kecuali apa yang telah Allah ajarkan kepada mereka. Ini berbeda dengan Iblis. Ketika Allah memerintahkan kepada mereka untuk sujud kepada Allah, bukan untuk menyembah Adam, namun untuk menaati Allah yang memerintahkan mereka untuk bersujud kepada Adam, mereka menampakkan sikap sombong dan tinggi hati, merasa lebih besar daripada Adam. Dalam ayat lain, diceritakan bahwa mereka beralasan bahwa Allah menciptakannya dari api sedangkan Adam diciptakan dari tanah, merasa bahwa dengan itu mereka lebih tinggi, padahal itu hanya anggapan mereka saja. Dari sini kita memahami beberapa hal. Pertama, sikap rendah hati sangatlah penting dalam menuntut ilmu. Dengan sikap rendah hati, seseorang akan bisa menyerap ilmu. Kedua, sikap sombong tidak disukai oleh Allah dan akan menghalangi seseorang dari ketaatan.
Kemudian Allah juga menceritakan bagaimana Adam dan istrinya, Hawa, pada awalnya tinggal di Surga dengan berbagai kenikmatannya. Hanya saja Allah melarang keduanya untuk mendekati Pohon Khuldi. Ini menyiratkan bahwa Allah menjadikan larangan mendekati Pohon Khuldi sebagai sebuah ujian. Demikian pula Allah melarang manusia dari berbagai hal sebagai ujian buat mereka.
Namun kita bisa melihat bagaimana Syetan tidak rela manusia taat kepada Allah. Syetan ingin selalu menggelincirkan manusia, sebagaimana mereka dahulu telah menggelicirkan Adam dan Hawa. Atas kesalahan yang dilakukan, Adam dan Hawa dikeluarkan oleh Allah dari Surga. Mereka diturunkan ke bumi yang Allah jadikan sebagai tempat tinggal dengan berbagai kenikmatan sampai waktu yang Allah tentukan. Dalam ayat 38-39, Allah memberikan resep keselamatan selama manusia hidup dan tinggal di bumi: "Barangsiapa mengikuti petunjuk Allah maka ia akan selamat, tak perlu takut dan sedih. Namun barangsiapa ingkar dan mendustakan ayat-ayat Allah maka ia akan menjadi penghuni Neraka."
Ayat 37 menceritakan bagaimana Nabi Adam bertaubat kepada Allah Yang Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang. Ini menegaskan bahwa Allah memberikan kesempatan kepada manusia yang berbuat salah untuk bertaubat kepada-Nya.