ImageDari kecil kita senantiasa diajari oleh guru agama kita bahwa manusia pertama alias bapaknya semua manusia adalah Nabi Adam as. Namun pada saat kita mengikuti pelajaran Sejarah atau Antropologi, kita diajari bahwa manusia yang pertama kali mendiami bumi semenjak masa yang sangat jauh sebelum kita adalah manusia purba yang bernama Pitecantropus Erektus, Lusi, atau manusia purba yang lainnya. Sebenarnya, manakah yang lebih dahulu antara manusia purba seperti Pitecantropus Erectus dan Nabi Adam as?

Dari berbagai ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi yang shahih, kita mendapati bahwa Adam adalah manusia pertama yang Allah ciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi (QS Al-Baqarah : 30, QS Shaad : 71 – 76). Akan tetapi, Al-Qur'an mengisyaratkan bahwa sebelum manusia telah ada makhluq lain yang hidup di muka bumi.

Pendapat yang cukup menengahi antara penemuan-penemuan ilmiah dan informasi dari wahyu adalah seperti yang diketengahkan oleh Yasir Qadhi, seorang cendekiawan muslim di Amerika Serikat, bahwa sangat bisa jadi manusia-manusia purba yang berusia jutaan tahun yang lalu itu memang ada, namun mereka bukanlah nenek moyang kita. Mereka bisa jadi berwujud seperti manusia atau kera yang berjalan tegak, namun mereka hanyalah sebangsa binatang yang memiliki kelebihan kecerdasan sehingga bisa membuat alat-alat sederhana seperti kapak dan semacamnya, namun mereka bukanlah manusia yang dikaruniai ruh dan daya pikir yang sempurna seperti kita. Manusia pertama yang Allah ciptakan dengan cara meniupkan ruh kedalam jasad dan memberinya daya pikir yang sempurna adalah Adam as, yang kemudian diturunkan dari surga ke bumi, dan beranak-pinak sampai dengan generasi kita saat ini. Dengan demikian, Adam as dan anak cucunya bukanlah hasil evolusi dari manusia-manusia purba tersebut.

Di sisi lain, hakikat manusia-manusia purba itu sendiri masih diperdebatkan oleh para ahli. Apalagi ketika dikatakan bahwa penemuan Pitecantropus Erectus dan manusia purba yang lain menunjukkan bahwa manusia seperti kita adalah keturunan (hasil evolusi dari) bangsa kera. Apalagi pernah muncul kasus penemuan manusia purba (dikenal sebagai manusia Piltdown) yang direkayasa oleh Charles Dawson, dimana tulang belulang yang direkonstruksi menjadi model manusia purba ternyata tidaklah sepenuhnya tulang belulang manusia; sebagiannya adalah tulang belulang binatang (orang utan) yang dipasangkan dengan tulang belulang manusia. Yang jelas, informasi dari wahyu bersifat pasti kebenarannya sedangkan informasi dari penemuan Iptek bersifat sementara kebenarannya. Ketika kedua jenis informasi tersebut bertentangan, kita mesti mendahulukan dan memenangkan informasi wahyu.

Wallahu a’lam bish shawab.