Dalam tradisi Islam sebenarnya tidak dikenal apa yang disebut sebagai perayaan ulang tahun. Yang ada adalah anjuran untuk melakukan muhasabah terhadap usia kita yang dari waktu ke waktu semakin bertambah dan jatah hidup kita yang semakin berkurang : siapkah kita menghadapi kematian untuk kemudian mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita di hadapan Allah ?
Orang-orang Kristen setiap tahun merayakan kelahiran Yesus (Isa as) dalam Perayaan Hari Natal. Mereka juga biasa merayakan hari ulang tahun mereka dengan acara tiup lilin dan potong kue. Orang-orang Kejawen biasa merayakan Hari Weton dengan melakukan selametan. Lebih dari itu, bagi mereka Hari Weton memiliki sejumlah kekeramatan yang bertentangan dengan aqidah Islam.
Dari sini kita melihat bahwa perayaan ulang tahun sedikit banyak mengandung unsur menyerupai (tasyabbuh) atau mengikuti (ittiba’) tradisi khas umat-umat non muslim. Sehingga, sebisa mungkin kita menghindarinya karena Rasulullah melarang kita untuk menyerupai dan mengikuti tradisi-tradisi khas umat non muslim. Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk dalam golongan mereka”.
Apalagi jika dalam perayaan ulang tahun itu terdapat hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti memamerkan aurat, berfoya-foya, ikhtilath antara laki-laki dan perempuan, mendengarkan biduanita, dan yang semacamnya.
Wallahu a’lam bish shawab.