Orang yang lahir di kalangan muslim akan menjadi muslim. Bagaimana orang yang lahir di kalangan non muslim?
Setiap bayi yang dilahirkan berada dalam keadaan fithrah, yakni dalam keadaan muslim (tunduk patuh kepada Allah dan mengesakan-Nya). Rasulullah saw bersabda, ”Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fithrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.
Seorang bayi tidak akan diperhitungkan amal perbuatannya kecuali sesudah ia mencapai masa baligh. Sehingga, jika seorang anak yang belum baligh meninggal dunia, ia akan dimasukkan kedalam Surga.
Akan tetapi, justeru masa bayi sampai dengan baligh itulah yang sangat menentukan. Jika dalam masa itu seorang anak dididik untuk menjadi muslim yang baik maka insya Allah ia akan menjadi muslim yang baik ketika ia dewasa. Sebaliknya, jika ia dididik untuk menyimpang dari agama Allah maka ia pun akan menyimpang ketika ia dewasa. Disinilah pentingnya lingkungan yang baik bagi seorang anak.
Mendidik anak dengan baik adalah kewajiban lingkungannya, terutama ayah dan ibunya. Jika ayah dan ibunya tidak melakukan kewajiban tersebut, lingkungan yang lebih luas harus menunaikan kewajiban tersebut seoptimal mungkin. Demikianlah kewajiban berdakwah.
Disamping itu, setiap manusia pada dasarnya telah dikaruniai oleh Allah dengan fithrah, akal dan perasaan. Allah juga telah membentangkan ayat-ayat-Nya yang amat luas di alam semesta ini dan bahkan dalam setiap diri manusia itu sendiri. Dengan fithrah, akal dan perasaan yang ada dalam dirinya, setiap manusia seharusnya merenungi ayat-ayat Allah, sehingga ia akan sampai pada kesimpulan bahwa Allah Yang Esa itu haq (benar) dan segala bentuk thaghut (sesembahan selain Allah) itu bathil (sesat). Jika seorang manusia melakukan perenungan itu dengan sungguh-sungguh dan jujur, Allah pasti akan menunjukkan kepadanya kebenaran. Allah SWT berfirman,”Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam meniti jalan-Ku pasti akan Aku tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami” (QS Al-Ankabut : 69). Jadi, Allah telah menyediakan sekian banyak pintu-pintu untuk mencapai kebenaran, tinggal manusia sendirilah yang memilih apakah dia memilih jalan kebenaran ataukah jalan kesesatan.
Wallahu a’lam bish shawab.