Sanad adalah rantai periwayatan. Misalnya: Dari Imam Al-Bukhari, dari fulan bin fulan, dari fulan bin fulan, dari fulan bin fulan, dan seterusnya, sampai dengan dari tabi'i, dari sahabat, dari Rasulullah saw. Dalam hal ini Imam Al-Bukhari adalah awal sanad, sedangkan sahabat disebut sebagai akhir sanad. Secara umum hadits menjadi dhaif karena salah satu dari empat sebab: 1) saqath dalam sanad, 2) celaan mengenai sifat ('adalah maupun dhabth) perawi, 3) syudzudz, dan 4) 'illah qadihah. Berikut ini adalah jenis-jenis hadits dhaif:
Hadits mu'allaq: ialah hadits yang salah satu atau lebih dari para perawinya dihilangkan (dihapus) dari awal sanad. Misalnya hadits yang langsung disandarkan kepada Rasulullah saw, atau hanya menyebutkan sahabat lalu Rasulullah saw, atau hanya menyebutkan tabi'i, lalu sahabat, lalu Rasulullah saw.
Hadits mursal: ialah hadits yang salah satu atau lebih dari para perawinya dihilangkan (dihapus) dari akhir sanad. Yakni ketika seorang tabi'i langsung menyandarkan riwayatnya kepada Rasulullah saw tanpa menyebutkan seorang sahabat.
Hadits munqathi': ialah hadits yang salah satu atau lebih dari para perawinya dihilangkan (dihapus) dari tengah sanad. Yakni ketika seorang perawi menyandarkan hadits kepada sahabat tanpa melalui seorang tabi'i. Ini adalah definisi hadits munqathi' yang paling sering dipakai, meskipun ada juga yang mendefinisikan hadits munqathi secara lebih luas, mencakup pula hadits mu'allaq dan hadits mursal.
Hadits mu'dhal: ialah hadits yang dua tingkatan perawinya secara berurutan terputus atau tidak disebutkan. Misalnya, Malik berkata, Rasulullah saw berkata. Atau Al-Syafi'i berkata, Ibnu Umar berkata.
Hadits mudallas: yaitu hadits yang didalamnya terdapat 'aib yang berusaha disembunyikan oleh perawinya. Ini mencakup:
- Tadlis al-isnad: yaitu jika ada perawi yang pernah bertemu namun sebetulnya tidak mendengar darinya, atau ada perawi yang sezaman namun sebetulnya tidak pernah bertemu apalagi mendengar darinya.
- Tadlis al-taswiyah: yaitu jika ada perawi yang meriwayatkan dari perawi dhaif yang posisinya dalam sanad ada diantara dua perawi tsiqah, yang mana dua perawi tsiqah tersebut memang pernah bertemu.
- Tadlis al-qatha': yaitu jika ada perawi yang mengatakan "haddatsanaa" atau "sami'tu" lalu kemudian diam, baru kemudian menyebutkan nama perawi fulan bin fulan, seolah-olah ia mendengar darinya.
- Tadlis al-'athaf: yaitu jika ada perawi yang mengatakan bahwa dia mendengar dari dua orang perawi, padahal dia hanya mendengar dari salah satunya saja.
- Tadlis al-syuyukh: yakni jika didalam sanad ada nama perawi yang dinamai dengan sebutan lain yang tidak dikenal (misalnya dengan menisbatkan bukan kepada bapaknya dan sebagainya), untuk menyamarkan (yakni agar tidak mudah dikenali).
Hadits mudraj: ialah hadits yang didalamnya terdapat bagian (tambahan) yang merupakan ucapan salah satu perawinya namun dianggap sebagai bagian dari hadits.
Hadits munkar: memiliki dua pengertian. Pengertian pertama ialah hadits yang didalamnya terdapat perawi yang jelas-jelas fasiq atau sangat lemah hafalannya atau suka salah dalam meriwayatkan, dan tidak ada jalur sanad lainnya yang meriwayatkan matan hadits tersebut. Artinya sanad hadits tersebut munfarid. Pengertian kedua ialah hadits yang para perawinya dhaif dan bertentangan dengan hadits-hadits lain yang para perawinya terpercaya. Dalam pengertian yang kedua ini, hadits lain yang para perawinya terpercaya biasa disebut sebagai hadits ma'ruf.
Hadits syaadz: ialah hadits yang para perawinya tsiqah namun bertentangan dengan hadits-hadits lainnya yang riwayatnya lebih kuat. Syudzudz bisa dalam sanadnya dan bisa pula dalam matannya. Hadits-hadits lain yang lebih kuat dari hadits yang syadz biasa disebut sebagai hadits mahfuzh.
Hadits mu'allal: ialah hadits yang mengandung 'illat qaadihah (cacat yang tersembunyi). Ini hanya bisa diketahui oleh para ahli hadits.
Hadits mudhtharib: ialah hadits yang periwayatannya lebih dari satu namun bertentangan satu dengan yang lainnya, dan semua periwayatan tersebut sama-sama kuatnya (tidak ada yang lebih kuat).