Mengapa penentuan awal bulan Arab bisa berbeda? Karena ada yang hisab dan ada yang ru'yah? Karena perbedaan kriteria dalam penentuan awal bulan? Karena ada yang meyakini wihdatul mathla' sementara yang lainnya meyakini ta'addudul mathaali'? Sepertinya selama ini kita pikir itulah penyebabnya. Sebetulnya, itu adalah penyebab kedua. Lantas apa penyebab pertamanya?
Penyebab pertamanya adalah: karena periode antara satu new moon dan new moon berikutnya tidak pernah bilangan bulat. Selalu sekitar 29.5 hari. Padahal, jumlah hari dalam sebulan sudah pasti harus bilangan bulat! Konsekuensinya, harus dilakukan penggenapan. Nah, penggenapan inilah sumber masalah utamanya. Mau digenapkan kebawah menjadi 29 ataukah digenapkan keatas menjadi 30.
Sekarang, mari kita bahas beberapa sebab kedua dan perbedaan pendapat.
HISAB vs RU'YAH: Seperti cerita Rukhin yang diminta memuliakan tamu ala Gus Baha, ini sebetulnya ada perbedaan antara "hakikat" dan "melihat". Aliran hisab berpegang pada hakikat wujudnya hilal bulan baru, bahkan meskipun tak bisa terlihat karena satu atau dua hal. Sedangkan aliran ru'yah berpegang pada keyakinan bahwa yang namanya penentuan bulan baru itu harus dengan "melihat", tak peduli hakikat posisi bulan.
Sebetulnya ada kemungkinan kompromi diantara dua aliran ini, yaitu hisab bi-imkaniyatir ru'yah, yakni dengan menambah kriteria ketinggian derajat diatas ufuk dalam kriteria hisab.
Yang disebut "ru'yah" dalam hadits juga bisa dimaknai secara denotatif/dekat dan secara konotatif/jauh. Makna dekat "melihat" ya dengan mata (al-ru'yah bil fi'l). Adapun makna jauh "melihat" tidak harus dengan mata; bisa juga dengan pengetahuan.
WIHDATUL MATHLA' vs TA'ADDUDUL MATHALI': Secara hakikat astronomis, karena bumi, bulan, dan matahari kita sama (itu-itu juga), mestinya ada kontinyuitas di permukaan bumi dalam suatu hari. Disamping berdasarkan hakikat saintifik, pendukung wihdatul mathla' juga dimotivasi oleh persatuan dan kekompakan umat muslim sedunia.
Di sisi lain, secara visibilitas memang penampakan bulan bisa berbeda-beda dari bumi, tergantung dari mana seseorang berada. Misalnya, apakah dari belahan bumi sebelah utara, sebelah selatan, atau khatulistiwa. Artinya, bulan yang sama, bisa tampak berbeda dari tempat yang berbeda di bumi. Bulan tipis yg terlihat di satu tempat, bisa jadi tidak terlihat di tempat yang lain. Pendukung ta'addudul mathali' juga merasa dikuatkan oleh riwayat yg mengkonfirmasi pandangan mereka.