Memang KTP kita muslim, tapi Allah gak butuh melihat KTP untuk tahu seseorang itu mu'min, muslim, kafir, munafiq, fasiq, zhalim, dsb. Allah tahu isi dada manusia. Allah melihat hakikat segala sesuatu. KTP dan label2 yang semacamnya itu hanya untuk membantu manusia mencapai ketertiban hidup di dunia saja.
Ketika saya membaca Al-Qur'an, saya memiliki impresi bahwa Al-Qur'an itu seringkali hitam putih. Taksonomi yang paling sering kita dapati adalah kafir, mu'min, dan munafiq (orang2 kafir yg berpura2 menjadi mu'min). Sifat2 tercela seperti fasiq, fajir, mujrim, zhalim, mufsid, dsb, biasanya dilekatkan pada orang2 kafir. Sedangkan sifat2 terpuji seperti ihsan, ishlah, taqwa, birr, sabar, menyucikan diri, dsb, biasanya dilekatkan pada orang2 mu'min. Adapun orang2 munafiq (orang2 kafir yg berpura2 muslim) itu hakikatnya adalah kafir dalam pandangan Allah, karena Allah melihat hakikat segala sesuatu. Bahkan lebih buruk, karena tindakan menipu mereka.
Hanya saja kita sering mengambil ibrah dan mau'izhah ketika sifat2 tercela yg dilekatkan pada orang2 kafir dan munafiq itu disebutkan dalam Al-Qur'an. Kalau orang2 kafir dan munafiq saja disifati dengan sifat2 tercela tersebut, masak ya yang mu'min memiliki sifat tersebut. Ini tentu saja refleksi dan introspeksi yg baik.
Hanya saja, banyaknya gambaran "hitam putih" dalam Al-Qur'an itu ternyata seringkali bertolak belakang dengan kenyataan dalam kehidupan di sekitar kita. Banyak yg mengaku muslim, tapi memiliki sifat2 yg didalam Al-Qur'an disematkan kepada orang2 kafir dan munafiq!