Pembatal tauhid itu pada dasarnya ada tiga: kufur, syirik, dan nifaq. Dari sisi bahasa, kufur artinya menutup-nutupi atau mengingkari, syirik artinya menyekutukan, dan nifaq artinya bermuka dua. Namun ketika kita sampai pada pengertian istilahi, tidak semua yang disebut kufur, syirik, dan nifaq berkonsekuensi membatalkan tauhid. Yang membatalkan tauhid dan mengeluarkan seseorang dari millah (agama) adalah kufur i'tiqadi, syirik akbar, dan nifaq i'tiqadi.

Kufur

Kufur bisa dibedakan menjadi dua: kufur i'tiqadi dan kufur nikmat. Mengapa kita memiliki dua istilah ini? Karena memang dalam Al-Qur'an terdapat penggunaan kata kufur dengan dua makna yang berbeda ini. Kufur i'tiqadi adalah kufur yang menafikan tauhid, dan karenanya mengeluarkan seseorang dari millah. Beberapa bentuk kufur i'tiqadi adalah sebagai berikut:

Pertama, mengingkari keberadaan Allah. Dengan kata lain, mengingkari keberadaan Tuhan. Yang termasuk dalam kategori ini adalah kaum atheis (yang tidak mempercayai adanya Tuhan) dan kaum yang mengatakan bahwa alam semesta ini ada dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan.

Kedua, mempercayai adanya Tuhan namun tidak dengan sifat-sifat yang benar. Ini artinya menyembah tuhan yang salah. Tidak menyembah Allah. Mereka adalah orang-orang yang menyembah tuhan, meskipun satu tuhan, dengan sifat-sifat yang bukan sifat-sifat Allah. Misalnya penyembah matahari, penyembah dewa yang disifati dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi Tuhan, penyembah patung, penyembah pohon, dan sebagainya.

Ketiga, mengingkari salah satu dari rukun iman yang lainnya (selain iman kepada Allah), yaitu iman kepada Hari Akhir, iman kepada para malaikat Allah, para rasul Allah termasuk Rasulullah Muhammad saw, kitab-kitab Allah termasuk Al-Qur'an, dan iman kepada taqdir.

Mengingkari Hari Akhir artinya tidak meyakini bahwa manusia akan dibangkitkan kembali dan diberikan balasan perbuatannya setelah kematian. Ini meliputi mereka yang meyakini bahwa kematian adalah akhir dari segalanya, yakni meyakini bahwa tidak ada kehidupan sesudah kematian. Dan juga meliputi mereka yang mengingkari adanya pembalasan sesudah kematian, yakni pembalasan pada Hari Kiamat.

Mengingkari nabi dan rasul Allah artinya mengingkari satu atau lebih nabi dan rasul Allah. Kita harus meyakini semua nabi dan rasul yang diutus oleh Allah, yang mana mereka semuanya membawa agama yang satu, yaitu Islam, yang mengajarkan tauhid dan penyembahan kepada Allah semata, meskipun syariatnya bisa berbeda-beda. Karena Nabi Muhammad saw adalah rasul akhir zaman yang diutus kepada semua umat manusia, maka seluruh manusia akhir zaman (yakni yang hidup semenjak diutusnya beliau saw) harus meyakini kerasulan beliau, yang artinya mengikuti ajaran beliau. Jika tidak maka kufur.

Dalam Al-Qur'an, utusan (rasul) Allah itu memiliki dua pengertian: kadang-kadang bermakna malaikat dan kadang-kadang bermakna rasul. Malaikat juga disebut utusan karena memang diutus oleh Allah. Misalnya malaikat Jibril 'alaihissalam yang diutus oleh Allah untuk menyampakan wahyu kepada Rasulullah saw. Kita juga wajib meyakini adanya para malaikat Allah.

Mengingkari kitab Allah juga berarti kufur i'tiqadi. Kita wajib mengimani bahwa Allah telah menurunkan beberapa kitab suci kepada para rasul-Nya. Kita mengimani kitab-kitab suci tersebut sebagaimana aslinya. Hanya saja, kitab-kitab tersebut saat ini telah kehilangan keasliannya kecuali Al-Qur'an saja. Dan justru karena kitab-kitab suci terdahulu telah kehilangan keasliannya itulah maka Allah menurunkan Al-Qur'an. Maka semua orang semenjak diutusnya Rasulullah Muhammad saw wajib mengimani Al-Qur'an. Jika tidak maka kufur. Termasuk dalam mengingkari Al-Qur'an adalah mengimani hanya sebagian ayat Al-Qur'an namun mengingkari sebagian ayat yang lainnya.

Mengingkari taqdir juga membatalkan tauhid, karena taqdir merupakan bagian dari rububiyah Allah, yaitu bahwa Allah Maha Mengetahui, Maha Berkuasa, dan Maha Mengatur segala sesuatu. Hanya saja, keyakinan terhadap taqdir haruslah keyakinan yang benar dan tidak menyimpang.

Keempat, mengingkari prinsip-prinsip Islam yang diketahui oleh semua orang (al-ma'lum minad diin bidh dharurah). Misalnya mengingkari wajibnya sholat lima waktu, mengingkari wajibnya puasa Ramadhan, mengingkari wajibnya membayar zakat bagi yang mampu, dan semacamnya.

Kelima, memerangi kaum muslimin dengan justru berpihak kepada orang-orang kafir.

Selain kufur i'tiqadi, terdapat juga kufur nikmat. Ini adalah kufur yang tidak mengeluarkan seseorang dari millah. Lawan dari kufur dalam pengertian ini adalah syukur (berterima kasih). Dengan kata lain, kufur nikmat artinya mengingkari nikmat-nikmat Allah dan tidak berterima kasih atas nikmat-nikmat yang telah Dia berikan. Mengingkari nikmat Allah ini beragam bentuknya, antara lain:

Pertama, mengingkari bahwa nikmat berasal dari Allah atau pemberian Allah. Ini misalnya Qarun yang mengatakan bahwa harta kekayaannya yang melimpah semata-mata adalah karena ilmu yang ia miliki.

Kedua, tidak memuji Allah atas nikmat yang Dia berikan.

Ketiga, tidak menggunakan nikmat Allah sesuai dengan yang Allah kehendaki, bahkan sebaliknya menggunakan nikmat Allah untuk bermaksiat kepada-Nya.

Syirik

Syirik dibagi menjadi tiga: syirik akbar, syirik ashghar, dan syirik khafiy. Syirik akbar adalah syirik yang membatalkan tauhid, dan karenanya mengeluarkan seseorang dari millah. Adapun syirik ashghar tidak sampai mengeluarkan seseorang dari millah namun merusak tauhid. 

Syirik akbar adalah menyekutukan Allah dengan tuhan-tuhan lainnya. Misalnya orang-orang musyrikin Mekkah yang mengimani dan menyembah Allah namun di saat yang sama juga mengimani dan menyembah tuhan-tuhan seperti Latta, Uzza, Manat, dan Hubal. Contoh lainnya adalah orang-orang yang mengimani dan menyembah Allah namun juga meyakini dan menyembah pohon, patung, dan semacamnya.

Adapun syirik ashghar adalah keyakinan dan atau perbuatan yang merusak tauhid, seperti meminta pertolongan kepada jin, mengamalkan sihir, datang kepada dukun dan peramal, tathayyur, tamimah (memakai kalung, cincin, sabuk, susuk, dan sebagainya sebagai jimat), dan sebagainya. Berbagai bentuk syirik ashghar ini jika terus-menerus dilakukan bisa mengantarkan seseorang pada syirik akbar.

Sedangkan syirik khafiy (tersembunyi) adalah riya', yakni beramal karena ingin dilihat oleh orang lain, bukan karena Allah. Riya' inipun bertingkat-tingkat. Ada riya' murni yaitu beramal yang semata-mata karena ingin dilihat oleh orang lain, dan ada juga sedikit riya' yang mengotori atau membarengi niat karena Allah. Sebagaimana syirik ashghar, syirik khafiy yang tidak pernah diobati, misalnya senantiasa beramal hanya karena ingin dilihat oleh orang lain dan sama sekali tidak pernah ada tujuan karena Allah, bisa mengantarkan seseorang pada syirik akbar, wal-'iyadzu billah.

Kufur dan syirik

Dalam hal cakupan, kufur cakupannya tidak hanya iman kepada Allah, tetapi juga iman kepada rukun-rukun iman yang lainnya yang Allah perintahkan untuk diimani. Adapun syirik hanya mengenai keimanan dan penyembahan kepada Allah. 

Tidak jarang, kufur dan syirik berkumpul menjadi satu. Misalnya orang-orang Kristen. Mereka kafir karena mengingkari Al-Qur'an dan kenabian Muhammad saw, dan di saat yang sama mereka juga musyrik karena menganggap ada tuhan-tuhan lain selain Allah. Adapun orang-orang Yahudi sebagaimana yang biasa kita kenal tidaklah musyrik karena mereka hanya mengimani Tuhan yang satu (Allah), namun mereka kafir karena mengingkari Al-Qur'an dan kenabian Muhammad saw. 

Nifaq

Nifaq disebut nifaq karena ia secara bahasa bermakna laluan dibawah tanah yang memiliki dua lubang. Dalam bahasa Indonesia, padanan kata yang tepat adalah "bermuka dua". Nifaq bisa dibagi menjadi dua macam: nifaq i'tiqadi dan nifaq 'amali.

Nifaq i'tiqadi artinya kafir (kufur akbar) dalam hati namun menampakkan keislaman secara lahiriyahnya. Karena Allah melihat hakikat segala sesuatu, bukan lahiriyahnya, maka nifaq i'tiqadi ini sama saja dengan kekafiran, dan karenanya membatalkan tauhid. Bahkan Allah mengancam orang-orang munafiq i'tiqadi dengan dasar api neraka karena bahaya dan keburukan orang-orang ini, karena mereka pada dasarnya kafir namun menampakkan keislaman, dan ini menjadi musuh dalam selimut yang sulit dikenali dan dihadapi oleh kaum muslimin.

Hanya saja munafiq i'tiqadi ini harus tetap disikapi seperti muslim. Hal ini dikarenakan kita tidak tahu batin seseorang, hanya Allah saja yang mengetahui hakikat batin seseorang.

Adapun nifaq 'amali adalah sifat atau sikap yang menyerupai tanda-tanda orang munafiq. Dari hadits Nabi saw, kita mengetahui bahwa tanda-tanda orang munafiq ada empat: 1) jika bicara ia suka berdusta, 2) jika berjanji ia biasa tidak menepati, 3) jika diberi amanat maka ia biasa khianat, dan 4) jika bermusuhan maka ia sangat keras. Disebutkan juga dalam Al-Qur'an bahwa orang-orang munafiq itu malas-malasan kalau sholat. Rasulullah juga menyatakan bahwa orang-orang munafiq enggan dan berat untuk melaksanakan sholat isya' dan sholat shubuh. Sebagai tanda-tanda, Rasulullah menyatakan bahwa jika kesemuanya ada pada seseorang maka ia adalah seorang munafiq, dan jika salah satu atau sebagiannya ada pada diri kita maka artinya hati kita terjangkiti sebagian dari sifat-sifat orang munafiq. Ini artinya, jangan pernah kita meremehkan tanda-tanda kemunafikan, karena jika kita biarkan maka ia bisa mengantarkan kita pada kemunafikan yang sesungguhnya, wal'iyadzu billah.