Yang ghaib itu banyak. Allah adalah yang paling ghaib dari semua yang ghaib. Surga, Neraka, catatan amal, Lauh Mahfuzh, Qalam, Mizan, alam kubur, ruh, para malaikat, dan jin adalah hal-hal yang ghaib.
*************
Diantara perkara ghaib yang kita tidak pernah tahu adalah akhir dari nasib kita. Mungkin ada orang yang bertanya: jika Allah sudah mengetahui akhir kita dimana, mengapa kita ada di dunia?
Penjelasannya begini. Allah tidak akan dan tidak perlu ditanya atas apa yang Dia kerjakan, tetapi manusialah yang akan Dia tanya atas segala yang diperbuatnya. Allah memang telah mengetahui segala hal dari awal sampai penghujungnya. Akan tetapi semua itu adalah rahasia Allah sendiri. Takdir kita akan di Surga atau di Neraka juga telah Allah ketahui. Namun kita sebagai manusia sama sekali tidak mengetahuinya. Oleh karena itu kita tidak bisa berbuat lain kecuali senantiasa berusaha seoptimal mungkin untuk berbuat baik agar kita bisa mendapatkan ridha-Nya, janji-janji-Nya, dan Surga-Nya. Lain tidak !!!
Urusan kita adalah berusaha (berikhtiar) sedangkan takdir itu urusan Allah. Kita tidak boleh dan tidak akan pernah bisa melampaui wilayah dan kewenangan kita sebagai manusia. Umar bin Al-Khaththab suatu saat pernah mengusulkan untuk membatalkan perjalanan ke suatu negeri yang sedang ditimpa wabah penyakit menular. Seorang sahabat yang lain berkata,”Bukankah yang demikian itu berarti kita lari dari takdir Allah?” Umar pun menjawab,”Kita lari dari takdir Allah kepada takdir Allah (yang lain)”. Jadi, apapun yang kita pikirkan, ucapkan, dan lakukan selalu berada dalam bingkai takdir Allah.
Wallahu a’lam bish shawab.