Kehidupan ini adalah untuk menguji kita. Bahkan Allah menciptakan alam semesta ini adalah untuk menguji kita. Allah hendak menguji: 1) apa yang kita lakukan dengan apa-apa yang Allah anugerahkan kepada kita, yaitu nikmat-nikmat-Nya, apakah kita bersyukur ataukah kufur, 2) bagaimana kita bersikap dengan ujian baik berupa kebaikan maupun keburukan, dan 2) siapa yang paling baik amal perbuatannya selama hidup.

Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi. Makna yang jelas dari hal ini adalah, bahwa Allah menjadikan manusia sebagai penduduk bumi yang diberikan kemampuan oleh Allah untuk mengelola segenap yang ada di bumi karena Allah telah men-taskhir-nya untuk manusia. Jadi, kedudukan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini berlaku untuk semua manusia, baik mukmin maupun kafir. Makna yang khusus dari hal ini adalah, bahwa Allah menjadikan sebagian manusia sebagai penguasa atas sebagian manusia yang lainnya. Maksudnya adalah makna kekuasaan di muka bumi.

Tujuan Allah menciptakan jin dan manusia adalah agar mereka tunduk, patuh, dan menyembah-Nya semata. Kemudian Allah menurunkan perintah-perintah dan larangan-larangan dalam rangka untuk menguji manusia. Sebagian dari perintah-perintah dan larangan-larangan tersebut adalah huquq Allah. Dalam hal ini, apapun yang diperintah ya kita lakukan, dan apapun yang dilarang ya kita jauhi dan tinggalkan. Ini sebagaimana Allah telah melarang Adam untuk mendekati pohon Khuldi di surga. Tanpa harus tahu rahasia larangan tersebut, Adam harus menaatinya. Meski demikian, manusia dengan akal pikirannya bisa saja menyibak sebagian hikmah dari perintah-perintah dan larangan-larangan tersebut. Ini sebagaimana juga dikatakan oleh para ulama ushul fiqih, bahwa ibadah-ibadah yang ghayr ma'qul al-ma'na merupakan ujian (ikhtibaar, ibtilaa') bagi hamba-hamba Allah. 

Sebagian lainnya dari perintah-perintah dan larangan-larangan Allah terkait dengan kedudukan manusia sebagai khalifah di muka bumi, yakni memakmurkan bumi dan tidak melakukan kerusakan di muka bumi. Kerusakan ini mencakup dua hal. Pertama adalah kezhaliman terhadap sesama. Kedua adalah kezhaliman dan pengrusakan terhadap isi bumi yang lainnya, termasuk binatang-binatang, tumbuh-tumbuhan, dan alam. Kezhaliman terhadap sesama seperti membunuh sesama tanpa alasan yang haq, merampas hak milik orang lain, dan menyakiti orang lain adalah kerusakan. Demikian pula merusak lingkungan hidup adalah kerusakan.

Jangan mencari ketinggian dalam hidup dan jangan berbuat kerusakan. Karena kita adalah hamba-hamba Allah, maka kita harus menjalani hidup ini dengan penuh tawadhu', menundukkan dan merendahkan diri di hadapan Allah dan tidak meninggikan diri di hadapan sesama. Kesombongan terbesar adalah tidak mau tunduk menyembah Allah semata. Nikmat-nikmat Allah yang telah Allah anugerahkan jangan sampai membuat kita tinggi hati dan bersikap sombong terhadap sesama. Sebaliknya, kita mesti berbagi dan menolong mereka yang membutuhkan. Jangan pula kita berbuat kerusakan di muka bumi, karena itu bertentangan dengan kedudukan kita sebagai khalifah di muka bumi.

Keimanan yang ada dalam hati kita adalah yang mendorong kita untuk melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk. Syetan senantiasa berupaya untuk membisikkan ajakan melakukan yang buruk dan meninggalkan yang baik ketika kita lengah dari iman kita. Karena itulah Allah memerintahkan kita untuk banyak-banyak mengingat-Nya. Allah memerintahkan kita untuk paling tidak sholat lima waktu setiap hari untuk mengingat-Nya. Dengan mengingat-Nya, iman kita akan hadir dalam hati dan mencegah kita dari melakukan yang buruk.