Cetak

[Artikel ini pertama kali diterbitkan di blog pribadi penulis: https://abdurrosyid.wordpress.com/2009/09/03/ramadhan-saatnya-me-reset-jam-tubuh/]

Ramadhan adalah syahrut tarbiyah ‘bulan pembinaan’. So, kita harus betul-betul memanfaatkan bulan ini untuk membina diri kita. Salah satunya adalah menciptakan ritme hidup yang islami. Lho, apaan tuh?

Kita semua pasti punya kebiasaan. Kapan kita berangkat tidur, bangun tidur, makan, sholat wajib, sholat sunnah, baca Al-Qur’an, bekerja, dan sebagainya. Tentu saja kita menginginkan aktivitas keseharian kita bisa berjalan dengan teratur. Nah, kaitannya dengan ini, sesungguhnya pola kebiasaan kita sehari-hari, kita sadari ataupun tidak, pasti membentuk pola tertentu yang disebut sebagai ‘jam tubuh’.

Jika kita biasa berangkat tidur jam 10 malam, maka setiap jam 10 malam bisa dipastikan tubuh kita pasti merasakan ngantuk, minta ditidurkan. Jika kita biasa bangun tidur jam 6 pagi (telat subuh bro), maka pasti akan sulit untuk bangun lebih awal. Sebaliknya jika kita biasa bangun tidur jam 03.30 pagi, tanpa beker dan alarm hape pun kemungkinan besar kita akan selalu terbangun pada jam tersebut (dan tidak telat sholat subuh).

Demikian pula dengan pola makan. Jika kita terbiasa sarapan jam 6 pagi, maka setiap jam 6 pagi kita pasti sudah merasa lapar. Kalau kita biasanya baru sarapan jam 9 pagi, kemungkinan besar setiap jam 6 pagi kita belum merasa lapar. Dan baru lapar kalau jam menunjukkan pukul 9 pagi.

Nah, begitulah kira-kira gambaran mengenai jam tubuh.

Ramadhan selalu saya dapati sebagai waktu terbaik untuk me-reset jam tubuh kita. Dengan waktu pembiasaan selama sebulan penuh, insyaallah kita bisa mengubah jam tubuh kita menjadi lebih islami (atau kalau mau istilah lain: lebih rabbani). Bagaimana itu?

Pertama, jam tubuh ‘qiyamul lail’. Selama bulan Ramadhan, ayo membiasakan diri melakukan qiyamul lail mulai jam 2 pagi sampai jam 3 pagi. Kalau sebulan penuh ini kita bisa, insyaallah kebiasaan ini akan menjadi ritme tubuh kita selepas Ramadhan.

Agar tidak sulit bangun pada jam 2 malam, jangan tidur terlalu larut alias begadang. Kalau nggak ada sesuatu yang mengharuskan kita begadang, biasakan berangkat tidur paling lambat jam 10 malam. Dengan demikian, Anda bisa tidur selama paling tidak 4 jam sebelum bangun pada jam 2 malamnya.

Oya, cara lain untuk membantu agar Anda lebih mudah terbangun pada jam 2 malam adalah dengan menyempatkan qaylulah (tidur siang) sebentar – kalau memungkinkan lho ya -, antara setengah sampai satu jam.

Kemudian pada saat Anda bangun pada jam 2 malam, akan lebih bagus jika Anda terlebih dulu mandi sehingga badan menjadi segar. Qiyamul lail pun bisa lebih khusyuk dan bersemangat.

Kedua, jam tubuh ‘tidak tidur habis sholat shubuh’. Satu hal yang parah adalah, kebanyakan orang selama bulan Ramadhan ini pasti tidur sehabis sholat shubuh. Penyebabnya sederhana, karena perut kekenyangan sehabis makan sahur. Padahal sebetulnya kita bisa kok menghilangkan kebiasaan ini. Caranya: 1) Cukupkan waktu tidur pada malam harinya. So, jangan begadang kalau nggak benar-benar penting. 2) Lakukan pembiasaan untuk tidak tidur sehabis shubuh. Awalnya mungkin berat, tapi kalau sudah biasa pasti segalanya berjalan mudah. 3) Manfaatkan setengah jam menjelang shubuh untuk tidur sebentar. So, antara qiyamul lail dan sholat shubuh sempatkan waktu untuk tidur. Kalau mau makan sahur, sebelum tidur lho ya. Kalo nggak, bisa kehilangan makan sahur tuh pas kita kebablasan tidurnya. Trus, gimana caranya agar kita bisa bangun lagi pas adzan shubuh? Untuk permulaan, pasang beker atau alarm hape. Kalau sudah terbiasa, dijamin deh jadi kebiasaan.

O ya, kalaupun karena hal-hal tertentu Anda harus tidur sehabis sholat shubuh, misalnya karena pada waktu malamnya Anda kurang tidur, ada beberapa hal yang harus diingat. Pertama, tidurnya jangan langsung habis shubuh. Bertahanlah terlebih dulu selama beberapa saat sesudah sholat shubuh, dengan cara membaca Al-Qur’an, berdzikir, membaca buku, menyimak taklim, menulis, dan sebagainya. Baru sesudah itu Anda boleh tidur. Kedua, Anda harus pasang beker atau alarm hape untuk membatasi tidur Anda. Kalo nggak, bisa-bisa Anda baru terbangun jam 9 atau 10 pagi (terlambat kerja dong). Setel beker atau alarm hape Anda pada, misalnya, jam 6.30 atau jam 7 pagi. Dengan demikian, pada jam tersebut Anda sudah bisa terbangun dalam keadaan segar, siap untuk mandi lalu beraktivitas.

Ketiga, jam tubuh ‘sholat dhuha’. Bagi yang belum terbiasa, ayo mulai membiasakan diri melakukan sholat dhuha setiap hari selama Ramadhan ini. Nanti jika sudah terbiasa, malah rasanya justru ada yang kurang kalau tidak melakukannya meski hanya sehari. Kita disebut sudah punya jam tubuh ‘sholat dhuha’ kalau setiap dhuha tubuh kita secara otomatis selalu ingat untuk melakukan sholat dhuha. Dan ini hanya bisa terjadi kalau kita sudah benar-benar terbiasa.

Lalu, kapan enaknya melakukan sholat dhuha? Terserah Anda sih, yang penting semenjak matahari sudah setinggi tombak sampai dengan sebelum matahari tepat berada di tengah-tengah. Kalau saya, waktu yang paling enak adalah persis setelah mandi pagi. Rasanya segar sekali. Habis itu bisa baca Al-Qur’an lagi tiga atau empat halaman. Lalu dilanjutkan dengan beraktivitas. Mantap kan?

Keempat, jam tubuh ‘berpuasa’. Dengan berpuasa sebulan penuh selama bulan Ramadhan, sudah tentu tubuh kita menjadi terbiasa berpuasa. Nah, kebiasaan berpuasa ini semestinya terus kita jaga selepas Ramadhan. Caranya, pada bulan Syawal kita berpuasa enam hari. Lalu selepas Syawal kita berpuasa sunnah setiap Senin dan Kamis. Dengan demikian, kebiasaan berpuasa tetap selalu terjaga alias tidak terputus. Soalnya kalau sudah terputus, biasanya agak berat untuk membiasakannya kembali. Masih ingat teori Fisika kan? Koefisien gesek statis lebih besar daripada koefisien gesek kinetis.

Hal lain yang bisa membantu kita ringan untuk terus berpuasa adalah menjaga jam tubuh ‘makan sahur’. Jam tubuh ini sebetulnya gandengannya jam tubuh ‘qiyamul lail’ karena dengan bangun qiyamul lail otomatis kita tinggal melanjutkannya dengan makan sahur. Tapi kalaupun qiyamul lail-nya kelewatan, kalau bisa makan sahurnya tidak kelewatan bro. Soalnya sahur itu banyak berkahnya, antara lain nggak lemas saat siangnya. Bagaimanapun, menjaga jam tubuh ‘sahur’ ini penting untuk bisa menjaga jam tubuh ‘berpuasa’. Banyak orang yang ingin berpuasa tapi nggak pernah kesampaian gara-gara nggak pernah bisa bangun sebelum shubuh untuk makan sahur. Jadi, biasakanlah untuk sudah bangun paling tidak setengah jam sebelum shubuh, agar bisa makan sahur. Syukur-syukur kalau bisa bangun lebih awal untuk terlebih dulu melakukan qiyamul lail (jam 2 malam bro, jam tubuh ‘qiyamul lail’).

Inilah paling tidak empat jam tubuh yang bisa kita bentuk selama bulan Ramadhan ini. Kalau sudah terbentuk, insyaallah selepas Ramadhan kita tinggal menjaganya. Dengan demikian, keempat kebiasaan baik tadi bisa terus kita jaga selepas Ramadhan. Dan kontinuitas amal seperti ini adalah salah satu indikasi diterimanya ibadah Ramadhan kita.

Gimana? Mau me-reset jam tubuh Anda menjadi lebih islami? Kenapa nggak? Why not? Warum nicht? Lima laa? Sampai disini dulu ya. Selamat mencoba, semoga sukses.