Sejarah Palestina: Dalam Pangkuan Islam (2)
- Ditulis oleh Abdur Rosyid
Pada tahun 488 H / 1095 M, Paus Urbanus II dalam sebuah pidatonya di Clermont, Perancis, mengorbarkan 'Perang Suci' terhadap kaum muslimin. Maka pada tahun 490 H / 1096 M, Pasukan Salib yang disebut sebagai Pasukan Para Bangsawan (Hamlat al-Umara') diberangkatkan. Pasukan ini terdiri dari tiga kelompok. Kelompok pertama dipimpin oleh Raja Godfrey dan saudaranya Baldwin. Kelompok kedua dipimpin oleh Bohemond. Dan kelompok ketiga dipimpin oleh Raymond.
Kelompok yang dipimpin oleh Raymond bertugas untuk melakukan penyerangan ke Jerusalem. Dan pada tahun 492 H / 1099 M, Pasukan Salib yang dipimpin oleh Raymond berhasil merampas Jerusalem. Hanya dalam waktu 2 hari, pasukan ini membantai lebih dari 40.000 penduduk Jerusalem tanpa pandang bulu.
Pada tahun 507 H / 1114 M, kaum muslimin dibawah komando Modo melakukan penyerangan terhadap Pasukan Salib. Namun sayang, Modo justru tewas dibunuh oleh Kaum Bathiniyun. Berikutnya terjadi pula beberapa penyerangan kaum muslimin terhadap Pasukan Salib. El Ghozi pada tahun 512 H / 1118 M. Kemudian Aksankir pada tahun 518 H / 1125 M.
Babak baru perlawanan terhadap Pasukan Salib dilakukan oleh Imadudin Zanki. Namun sayang, pada tahun 541 H / 1146 M, ia tewas dibunuh oleh Kaum Bathiniyun.
Perjuangan Imadudin Zanki dilanjutkan oleh Nurudin. Pada tahun 569 H / 1173 M, Nurudin telah menyiapkan mimbar untuk Masjidil Aqsha, yang merupakan isyarat bahwa ia bertekad untuk mengusir Pasukan Salib dari Jerusalem. Namun belum sampai tekad tersembut kesampaian, ia wafat pada tahun 570 H / 1174 M.
Puncak usaha merebut kembali Jerusalem terjadi pada Perang Hittin pada tahun 583 H / 1187 M, yang dipimpin oleh Shalahudin Al-Ayubi, dan kaum muslimin memperoleh kemenangan. Dengan kemenangan ini, Jerusalem kembali berada dalam pangkuan umat Islam.
Sejarah Palestina: Dalam Pangkuan Islam (1)
- Ditulis oleh Abdur Rosyid
Pada tahun kesebelas setelah kenabian, Rasulullah diperjalankan oleh Allah dalam peristiwa Isra' dan Mi'raj. Dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsha di Jerusalem, Palestina. Dan dari Masjidil Aqsha beliau diperjalankan naik ke Sidratul Muntaha dan Mustawa di Langit Ketujuh. Menurut riwayat yang ada, beliau naik ke langit dengan mengendarai sejenis hewan kendaraan yang bernama Buraq. Di Masjidil Aqsha beliau juga sempat sholat bersama para nabi dan rasul, dengan beliau sebagai imamnya. Isra' dan Mi'raj ini berlangsung dalam waktu kurang dari satu malam. Subhanallah!
Pada tahun ketiga belas setelah kenabian, Rasulullah berhijrah ke Madinah. Sampai dengan tahun kedua hijriyah, Rasulullah dan para sahabat berkiblat ke Masjidil Aqsha ketika melakukan sholat. Baru setelah itu Allah kemudian memerintahkan Rasulullah dan umat Islam untuk mengalihkan kiblat ke Ka'bah di Mekah. Para ulama mengatakan bahwa penetapan Masjidil Aqsha sebagai kiblat pertama adalah untuk terlebih dulu menguatkan ikatan hati Rasulullah dan umat Islam dengan Masjidil Aqsha, dan menyambungkan ikatan tauhid antara Rasulullah dan para nabi sebelumnya seperti Musa, Zakaria, Yahya, dan Isa. Pesan yang ingin ditanamkan dalam-dalam adalah bahwa, agama yang dibawa oleh Rasulullah dan nabi-nabi yang lainnya tadi adalah satu dan sama, yaitu agama tauhid.
Pasca diaspora (terusir dan berpencarnya orang-orang Yahudi ke berbagai bagian bumi diluar Palestina), sebagian diantara orang-orang Yahudi ada yang melakukan imigrasi ke Jazirah Arab, termasuk ke Madinah. Sebagaimana kita tahu, di Madinah terdapat tiga kabilah Yahudi: Bani Nadhir, Bani Qainuqa', dan Bani Quraizhah. Pada tahun 5 H, Yahudi Bani Quraizhah diusir dari Madinah karena melakukan pengkhianatan, setelah sebelumnya dua kabilah Yahudi yang lainnya juga telah diusir dengan sebab yang sama. Dan pada tahun 7 H, terjadi Perang Khaibar antara kaum muslimin dan kekuatan Yahudi terakhir yang masih tersisa di Jazirah Arab. Kaum muslimin menang, dan dengan demikian berakhirlah kekuatan Yahudi di Jazirah Arab.
Sejarah Palestina: dari Thalut sampai Konstantin
- Ditulis oleh Abdur Rosyid
Selama Zaman Para Hakim, Bani Israil terlihat sulit dikendalikan oleh hakim-hakim yang ada. Ini karena watak Bani Israil yang keras kepala dan suka membangkang. Untuk itu, mereka membutuhkan para pemimpin yang lebih kuat, yang bisa mengatasi sifat keras kepala mereka. Merekapun meminta untuk dipimpin oleh seorang raja, bukan lagi seorang hakim. Maka pada tahun 1525 SM, diangkatlah Thalut sebagai raja mereka yang pertama.
Pada tahun 995 SM, Dawud menggantikan Thalut sebagai raja Bani Israil. Dawud sebelumnya adalah salah seorang tentara Thalut, yang berhasil membunuh Jalut (Goliath), musuh besar Thalut.
Sepeninggal Dawud, tepatnya pada tahun 963 SM, kerajaan Bani Israil dipimpin oleh Sulaiman, putra Dawud. Dibawah kepemimpinan Sulaiman inilah kerajaan Bani Israil mencapai puncak kejayaannya. Dan pada masa kekuasaannya, Sulaiman membangun kembali Masjidil Aqsha Lama.
Kejayaan kerajaan Bani Israil tidak berlangsung lama. Sepeninggal Sulaiman, tepatnya tahun 923 SM, kerajaan mereka terpecah menjadi dua: Kerajaan Israel di sebelah utara, dan Kerajaan Yahuda di sebelah selatan.
Karena lemahnya kekuatan, pada tahun 730 SM Kerajaan Israel berhasil ditaklukkan oleh Assyria. Dan tidak lama berselang, tepatnya pada tahun 584 SM, Raja Nebukadnezar dari Babilonia berhasil menaklukkan Kerajaan Yahuda. Tidak hanya menaklukkan, Nebukadnezar juga menghancurkan Kuil Yahudi, membakar Baitul Maqdis, dan membawa orang-orang Yahudi ke negerinya, Babilonia.
Sejarah Palestina s/d Zaman Para Hakim
- Ditulis oleh Abdur Rosyid
Semenjak tahun 2500 SM, bumi yang sekarang ini disebut sebagai Palestina telah dihuni oleh penduduk aslinya, yang menurut catatan sejarah diidentifikasi sebagai bangsa Kan'an dan bangsa Finik. Kemudian pada tahun 1200 SM, sekelompok kabilah dari Pulai Kreta berhijrah ke kawasan yang sama, namun di bagian yang berbeda, dan membangun sebuah kota bernama P-L-S-T. Inilah para penduduk paling awal yang berhasil dicatat oleh sejarah sebagai penduduk asli Palestina. Jadi, penduduk asli Palestina bukanlah Bani Israil. Nanti akan kita lihat bahwa Bani Israil adalah kaum imigran di Palestina, yang lahir dari garis keturunan Nabi Ibrahim.
Pada tahun 1900 SM, Nabi Ibrahim dan Luth berhijrah dari Iraq ke Palestina. Di Palestina inilah kemudian terlahir keturunan Ibrahim yang bernama Ishaq. Dari Ishaq lahir Ya'qub (yang disebut pula sebagai Israil), dan dari Ya'qub lahirlah Yusuf dan sebelas orang saudaranya. Sebagaimana diketahui dari catatan sejarah, Yusuf kemudian berhijrah ke Mesir dan mendapatkan kedudukan yang terhormat disana. Kemudian, Ya'qub dan keturunannya yang disebut sebagai Bani Israil ikut berhijrah ke Mesir atas permintaan Yusuf. Bangsa Bani Israil pun berkembang biak di Mesir.
Namun beberapa lama setelah wafatnya Yusuf, Bani Israil mengalami nasib yang mengenaskan. Mereka dijadikan sebagai budak oleh fir'aun (raja) Mesir. Pada zaman inilah Musa terlahir diantara bangsa Bani Israil, dan sempat tumbuh dan besar di lingkungan istana fir'aun. Namun setelah sebuah insiden, ia terpaksa harus lari ke Madyan. Dan Musa pun menikah dengan wanita Madyan.
Sejarah Singkat Zionisme
- Ditulis oleh Abdur Rosyid
Dari sisi bahasa, Zionisme berasal dari kata Zion, yaitu nama bukit di kawasan Jerusalem (Al-Quds), yang terkadang dipakai pula untuk menamai dataran tinggi dimana kota Jerusalem berdiri. Dari sisi peristilahan, secara singkat bisa dikatakan bahwa Zionisme adalah suatu paham dan gerakan yang bersifat politis, rasial, dan ekstrim, yang bertujuan untuk menegakkan Negara Khusus bagi Bangsa Yahudi di Palestina, dan melihat hal tersebut sebagai solusi bagi permasalahan-permasalahan orang Yahudi. Adapun sejarah Zionisme secara singkat bisa dipaparkan sebagai berikut:
Gagasan Zionisme mula-mula dicetuskan oleh beberapa agamawan Yahudi. Diantaranya adalah Rabi Judah AlKalai (1798-1878) dan Rabi Zevi Hirsch Kalischer (1795-1874). AlKalai secara aktif membujuk masyarakat untuk bergabung dalam suatu program pemukiman bangsa Yahudi di tanah Palestina. Adapun Kalischer menerbitkan buku "Tuntutan Zionis". Dalam buku tersebut, ia menyarankan kepada orang-orang Yahudi untuk kembali ke Palestina dengan cara melakukan hijrah dan pendudukan. Ia mengajak para investor Yahudi agar memberikan bantuan keuangan yang diperlukan untuk membangun pemukiman-pemukiman dan koloni-koloni pertanian di Palestina. Dan akhirnya Kalischer berhasil mendirikan "Lembaga Bantuan Kolonialisasi Tanah Palestina" yang bekerjasama dengan organisasi "Aliansi Israel Se-Dunia".
Selain AlKalai dan Kalischer, tokoh Yahudi lainnya yang bernama Moses Hess menerbitkan buku dalam bahasa Jerman berjudul "Roma und Jerusalem" (1862), yang memuat pemikiran tentang solusi “masalah Yahudi” di Eropa dengan cara mendorong migrasi orang Yahudi ke Palestina. Menurutt Hess kehadiran bangsa Yahudi di Palestina akan turut membantu memikul “misi orang suci kulit putih untuk mengadabkan bangsa-bangsa Asia yang masih primitif dan memperkenalkan peradaban Barat kepada mereka”. Buku ini memuat pemikiran awal kerja-sama konspirasi Yahudi dengan Barat-Kristen menghadapi bangsa-bangsa Asia pada umumnya, dan dunia Islam pada khususnya.
Halaman 12 dari 69