Agenda Rutin Seorang Muslim
- Ditulis oleh Abdur Rosyid
[Artikel ini pertama kali diterbitkan di blog pribadi penulis: https://abdurrosyid.wordpress.com/2008/07/18/agenda-rutin-seorang-muslim/]
Disiplin untuk melakukan sesuatu yang sifatnya rutin adalah sesuatu yang cukup sulit bagi kebanyakan orang. Apalagi jika sesuatu itu bukan sesuatu yang dipaksakan kepada kita. Berbeda halnya jika sesuatu itu bersifat memaksa kita, seperti masuk kerja setiap hari dan semacamnya. Akan lebih mudah tentunya.
Dalam bahasa agama, disiplin untuk melakukan sesuatu yang sifatnya rutin secara terus menerus disebut dengan istiqamah. Semua orang mengakui bahwa istiqamah itu tidak mudah. Namun, sebagai muslim yang baik, kita harus bisa mendisiplinkan diri kita sendiri, menjadi sosok yang bisa istiqamah. Kesanggupan untuk beristiqamah ini dari sisi yang lain merupakan ukuran kemampuan kita untuk mendidik dan mengatur diri kita, melawan tarikan hawa nafsu yang ada dalam diri kita (diantaranya adalah nafsu yang bernama malas).
Berikut ini beberapa hal yang semestinya dilakukan secara rutin dan terus-menerus oleh seorang muslim, apapun profesinya. Oh ya, saya tidak akan menuliskan disini hal-hal yang bersifat wajib seperti shalat lima waktu, masuk kerja, dan sebagainya. Kalau itu mah sudah jelas harus selalu kita lakukan.
Yang bersifat harian:
(1) Membaca Al-Qur’an. Tiada hari tanpa Al-Qur’an. Miliki satu waktu khusus untuk yang satu ini, yang tidak boleh Anda ganggu gugat. Pastikan pada waktu tersebut Anda hanya bersama Al-Qur’an. Kapan waktu yang tepat, terserah Anda. Biasanya waktu yang tepat adalah ba’da shubuh dan ba’da maghrib sampai isya’. Anda bisa memilih salah satunya, atau kedua-duanya. Agar Anda punya target, pastikan Anda membaca paling tidak satu juz setiap hari. Jika Anda disiplin dengan waktu khusus Anda, semuanya akan berjalan mudah. Antara maghrib dan isya’ saja cukup untuk satu juz.
Ingin Hidup Enak? Manfaatkan Waktu Luang!
- Ditulis oleh Abdur Rosyid
Artikel ini pertama kali diterbitkan di blog pribadi penulis: https://abdurrosyid.wordpress.com/2008/04/02/ingin-hidup-enak-manfaatkan-waktu-luang/]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,”Ada dua nikmat yang sering disia-siakan: waktu luang dan kesehatan.” Pada kesempatan yang lain, beliau juga pernah berpesan,”Ambillah yang lima sebelum datang lima yang lainnya:…waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu.”
Dua penggal sabda Rasulullah diatas secara tegas memerintahkan kita untuk pandai memanfaatkan waktu luang. Setiap manusia memiliki waktu yang sama: 7 hari dalam satu pekan, 24 jam dalam sehari semalam. Kepandaian setiap orang dalam memanfaatkan jatah waktu yang sama itulah yang akan membedakannya dari orang lain.
Ada orang yang dengan 24 jam-nya mampu melakukan 100 kebaikan, sementara ada pula orang yang dengan 24-jamnya hanya mampu melakukan 10 kebaikan. Ada orang-orang yang dalam kesehariannya memiliki produktivitas sampai 100%, dan ada pula orang-orang yang dalam kesehariannya hanya mampu memiliki produktivitas tidak lebih dari 10%. Mengapa bisa demikian? Saya rasa, jawabannya adalah pemanfaatan waktu. Siapa yang paling pandai memanfaatkan waktunya, dialah yang akan memiliki produktivitas paling tinggi.
Nah, diantara kepiawaian memanfaatkan waktu adalah kepandaian dalam memanfaatkan waktu luang. Setiap kita pasti punya waktu luang. Waktu luang itu bisa jadi berupa waktu yang betul-betul luang: tidak ada agenda yang kita miliki ketika itu. Bisa jadi pula waktu luang itu adalah alokasi waktu yang terlalu banyak untuk suatu hal seperti tidur dan bersantai-santai.
Ramadhan, Saatnya Me-reset Jam Tubuh
- Ditulis oleh Abdur Rosyid
[Artikel ini pertama kali diterbitkan di blog pribadi penulis: https://abdurrosyid.wordpress.com/2009/09/03/ramadhan-saatnya-me-reset-jam-tubuh/]
Ramadhan adalah syahrut tarbiyah ‘bulan pembinaan’. So, kita harus betul-betul memanfaatkan bulan ini untuk membina diri kita. Salah satunya adalah menciptakan ritme hidup yang islami. Lho, apaan tuh?
Kita semua pasti punya kebiasaan. Kapan kita berangkat tidur, bangun tidur, makan, sholat wajib, sholat sunnah, baca Al-Qur’an, bekerja, dan sebagainya. Tentu saja kita menginginkan aktivitas keseharian kita bisa berjalan dengan teratur. Nah, kaitannya dengan ini, sesungguhnya pola kebiasaan kita sehari-hari, kita sadari ataupun tidak, pasti membentuk pola tertentu yang disebut sebagai ‘jam tubuh’.
Jika kita biasa berangkat tidur jam 10 malam, maka setiap jam 10 malam bisa dipastikan tubuh kita pasti merasakan ngantuk, minta ditidurkan. Jika kita biasa bangun tidur jam 6 pagi (telat subuh bro), maka pasti akan sulit untuk bangun lebih awal. Sebaliknya jika kita biasa bangun tidur jam 03.30 pagi, tanpa beker dan alarm hape pun kemungkinan besar kita akan selalu terbangun pada jam tersebut (dan tidak telat sholat subuh).
Demikian pula dengan pola makan. Jika kita terbiasa sarapan jam 6 pagi, maka setiap jam 6 pagi kita pasti sudah merasa lapar. Kalau kita biasanya baru sarapan jam 9 pagi, kemungkinan besar setiap jam 6 pagi kita belum merasa lapar. Dan baru lapar kalau jam menunjukkan pukul 9 pagi.
Nah, begitulah kira-kira gambaran mengenai jam tubuh.
Ramadhan selalu saya dapati sebagai waktu terbaik untuk me-reset jam tubuh kita. Dengan waktu pembiasaan selama sebulan penuh, insyaallah kita bisa mengubah jam tubuh kita menjadi lebih islami (atau kalau mau istilah lain: lebih rabbani). Bagaimana itu?
Ayo Siapkan Diri Sambut Ramadhan
- Ditulis oleh Abdur Rosyid
[Artikel ini pertama kali diterbitkan di blog pribadi penulis: https://abdurrosyid.wordpress.com/2008/07/19/ayo-siapkan-diri-sambut-ramadhan/]
Tidak terasa ini sudah masuk bulan Rajab. Habis Rajab Sya’ban. Habis Sya’ban ya Ramadhan. Berarti, Ramadhan tinggal satu setengah bulan lagi. Kalau sudah Sya’ban begini, Rasulullah dulu biasa berdoa,”Allahumma baarik lanaa fi Rajab wa Sya’ban, wa ballighnaa Ramadhaan (Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan).”
Bulan Rajab sendiri adalah salah satu diantara bulan-bulan haram (al-asyhur al-haram), dimana kita disunnahkan untuk banyak-banyak berpuasa. Pada bulan Sya’ban kita juga dianjurkan untuk banyak-banyak berpuasa. Sebuah riwayat menyatakan bahwa tidak ada bulan dimana Rasulullah lebih banyak berpuasa – selain Ramadhan – melebihi bulan Sya’ban.
Jadi, sudah semestinya kita mengikuti anjuran Rasulullah dengan memperbanyak puasa di bulan Rajab dan Sya’ban. Yang demikian itu merupakan salah satu cara untuk mempersiapkan diri menyambut bulan Ramadhan, sehingga ibarat mesin kita nanti sudah ‘panas’ ketika memasuki Ramadhan.
Disamping persiapan berupa puasa, hendaknya semenjak sekarang kita juga mulai berakrab-akrab dengan Al-Qur’an. Kita biasakan untuk membaca setidak-tidaknya satu juz setiap hari. Jika ini tidak kita lakukan semenjak sekarang, maka nanti ketika Ramadhan bisa-bisa kita masih merasa berat untuk berakrab-akrab dengan Al-Qur’an. Padahal, bulan Ramadhan adalah Syahrul Qur’an (Bulan Al-Qur’an). Disamping itu, hendaknya kita memuraja’ah kembali hafalan Al-Qur’an kita, sehingga nantinya bisa kita optimalkan untuk mengisi sholat malam kita di bulan Ramadhan.
Persiapan yang ketiga adalah membiasakan diri semenjak sekarang untuk melakukan sholat malam, setiap hari. Dengan pembiasaan ini, harapannya nanti saat Ramadhan kita sudah terbiasa untuk berdiri lama, ruku’ lama dan sujud lama dalam ibadah qiyam Ramadhan.
Itulah tiga hal yang saya rasa paling penting untuk kita persiapkan semenjak sekarang, dalam rangka menyambut bulan Ramadhan yang penuh berkah. Marhaban ya Ramadhan. Marhaban ya Muthahhir.
Sejarah Palestina di Era Modern
- Ditulis oleh Abdur Rosyid
Palestina adalah tanah wakaf umat Islam, semenjak ia dibebaskan oleh Khalifah Umar ibnul Khaththab pada 15 H (636 M). Disana terdapat Masjid Al-Aqsha yang merupakan kiblat pertama umat Islam dan masjid suci yang ketiga setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabi.
Berikut ini sekilas sejarah Palestina pada era modern, yang diringkas berdasarkan linimasa antara tahun 1799 sampai dengan awal tahun 2009.
1799 :
Jumlah orang Yahudi di Palestina 5000 orang.
1849 :
Jumlah orang Yahudi di Palestina 12.000 orang.
1876 :
Jumlah orang Yahudi di Palestina 14.000 orang.
1881 :
Sultan Abdul Hamid mengeluarkan keputusan yang melarang Yahudi masuk ke Palestina.
Halaman 11 dari 69