Menurut jumhur, yang dimaksud dengan qiraat Al-Qur'an bukanlah tujuh huruf. Sebagaimana sudah dibahas disini, pada masa Utsman ibn Affan mushaf Al-Qur'an disatukan diatas dialek Quraisy, untuk mencegah perselisihan dan percekcokan di masa mendatang. Utsman membuat beberapa salinan mushaf dan dikirim ke kota-kota utama (amshar). 

Qurra' di kalangan sahabat

Para qurra' yang terkenal di kalangan sahabat antara lain adalah: Ubay ibn Ka'ab, Ali ibn Abi Thalib, Zaid ibn Tsabit, Abdullah ibn Mas'ud, Abu Musa Al-Asy'ari, Utsman ibn Affan, Abu Al-Darda'. Qurra' di kalangan sahabat-sahabat kecil biasa mengambil bacaan dari mereka. Misalnya, Ibnu Abbas mengambil bacaan Al-Qur'an dari Ubay ibn Ka'ab dan Zaid ibn Tsabit, sedangkan Abu Hurairah dan Abdullah ibn Al-Sa'ib mengambil bacaan dari Ubay ibn Ka'ab.

Qurra' di kalangan tabi'in yang mengambil dari para sahabat

Para tabi'in mengambil bacaan Al-Qur'an dari para sahabat sebagaimana disebutkan diatas. Para tabi'in ini kemudian mengajarkan bacaan Al-Qur'an di kota-kota besar.

  1. Di Madinah, ada: Ibnul Musayyab, 'Urwah, Salim, Umar ibn Abdil 'Aziz, Sulaiman ibn Yasar, Atha' ibn Yasar, Mu'adz ibn Al-Harits, Abdulrahman ibn Harmaj, Ibn Syihab Al-Zuhri, Muslim ibn Jundub, Zaid ibn Aslam.
  2. Di Makkah, ada: Ubaid ibn Umair, Atha' ibn Abi Rabbah, Thawus, Mujahid, Ikrimah, dan Ibn Abi Malikah.
  3. Di Kufah, ada: Alqamah, Al-Aswad, Masruq, Ubaidah, Amr ibn Syarhabil, Al-Harits ibn Qais, Amr ibn Maimun, Abu Abdirrahman Al-Salami, Sa'id ibn Jubair, Al-Nakhai, dan Al-Sya'bi.
  4. Di Bashrah, ada: Abu 'Aliyah, Abu Raja', Nashr ibn 'Ashim, Yahya ibn Ya'mar, Al-Hasan Al-Bashri, Ibnu Sirin, dan Qatadah.
  5. Di Syam, ada: Al-Mughirah ibn Abi Syihab Al-Makhzumi (mengambil dari Utsman) dan Khalifah ibn Sa'ad (mengambil dari Abu Al-Darda').

Qurra' di kalangan tabi'in sesudah tahun 100 H

Para qurra' mulai sekitar tahun 100 H antara lain sebagai berikut. Di masa ini ilmu qiraat (sebagai suatu cabang ilmu) mulai muncul dan berkembang. Di masa inilah muncul para imam qurra' yang biasa dikenal sebagai qurra' yang tujuh atau qurra' yang sepuluh. 

  1. Di Madinah: Abu Ja'far Yazid ibn Al-Qa'qa' dan Nafi' ibn Abdirrahman. Yang paling terkenal adalah Nafi' (salah satu dari qurra' yang tujuh). Kemudian Abu Ja'far Yazid ibn Al-Qa'qa' (salah satu dari qurra' yang sepuluh).
  2. Di Makkah: Abdullah ibn Katsir dan Humaid ibn Qais Al-A'raj. Yang paling terkenal adalah Ibnu Katsir (salah satu dari qurra' yang tujuh).
  3. Di Kufah: 'Ashim ibn Abi Al-Najud, Sulaiman Al-A'masy, Hamzah, Al-Kisai, dan Khalaf ibn Hisyam. Yang paling terkenal adalah 'Ashim, Hamzah, dan Al-Kisai (tiga dari qurra' yang tujuh). Kemudian Khalaf ibn Hisyam (salah satu dari qurra' yang sepuluh). Sebetulnya di awal abad ketiga Hijriyah hanya qiraat 'Ashim dan Hamzah yang banyak dipakai oleh orang-orang Kufah. Nama Al-Kisai dimunculkan belakangan pada tahun 300-an Hijriyah oleh Ibn Mujahid.
  4. Di Bashrah: Abdullah ibn Abi Ishaq, Isa ibn 'Amr, Abu 'Amr ibn Al-'Ala', 'Ashim Al-Jahdari, dan Ya'qub ibn Ishaq Al-Hadhrami. Yang paling terkenal adalah Abu 'Amr (salah satu dari qurra' yang tujuh). Kemudian Ya'qub ibn Ishaq Al-Hadhrami (salah satu dari qurra' yang sepuluh). Namun sebetulnya di awal abad ketiga Hijriyah orang-orang Bashrah banyak yang menggunakan qiraat Isa ibn 'Amr dan Ya'qub ibn Ishaq Al-Hadhrami.
  5. Di Syam: Abdullah ibn 'Amir, Ismail ibn Abdillah ibn Al-Muhajir, Yahya ibn Al-Harits, dan Syuraih ibn Yazid Al-Hadrami. Yang paling terkenal adalah Ibn 'Amir (salah satu dari qurra' yang tujuh).

Qurra' yang tujuh dan sepuluh

Dalam Mabahits fi 'Ulumil Qur'an karya Manna' Al-Qaththan disebutkan bahwa, tujuh qurra' yang paling masyhur di awal abad ketiga hijriyah sebetulnya adalah:

  1. Nafi' di Madinah
  2. Ibnu Katsir di Makkah
  3. 'Ashim di Kufah
  4. Hamzah di Kufah
  5. Isa ibn 'Amr di Bashrah
  6. Ya'qub di Bashrah
  7. Ibn 'Amir di Syam

Ini didasarkan pada banyaknya orang yang memakai qiraat mereka.

Ulama qiraat bernama Abu Ubaid Al-Qasim ibn Salam (wafat tahun 224 H) mempopulerkan 25 qurra' dalam kitabnya "Al-Qiraat". Namun kemudian Ibn Mujahid (wafat tahun 324 H) dalam "Kitab Al-Sab' fi Al-Qiraat" menjadikannya tujuh qurra' saja sebagai berikut:

  1. Nafi' di Madinah. Mengambil bacaan dari Abu Ja’far Yazid bin Qa’qa’, Abdurrahman bin Hurmuz, Abdullah bin Abbas, dan Abdullah bin ‘Iyasy bin Abi Rabi’ah al-Makhzumi. Mereka semua menerima bacaan dari Ubay bin Ka’ab dari Rasulullah.
  2. Ibnu Katsir di Makkah. Mengambil bacaan dari Abu as-Sa’ib, Abdullah bin Sa’ib al-Makhzumi, Mujahid bin Jabr al-Makki, dan Diryas (maula Ibn ‘Abbas). Mereka semua masing-masing menerima dari Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Sabit, dan Umar bin Khattab.
  3. Ashim di Kufah. Mengambil bacaan dari Abdurrahman al-Sullami dari Ali ibn Abi Thalib, dan juga dari Zir bin Hubaisy dari Abdullah bin Mas’ud.
  4. Hamzah di Kufah. Mengambil bacaan dari Sulaiman bin Mahram al-Amsy, Yahya bin Watstsab, dan Zir bin Hubaisy, dari Utsman ibn Affan, Ali ibn Abi Thalib dan Abdullah ibn Mas'ud.
  5. Al-Kisai di Kufah. Mengambil bacaan dari Salam bin Sulaiman ath-Thawil yang mengambil bacaan dari Ashim dan Abu 'Amr.
  6. Abu 'Amr di Bashrah. Mengambil bacaan dari Abu Ja’far, Syaibah bin Nasah, Nafi’ bin Abu Nu’aim, Abdullah ibn Kasir, ‘Ashim bin Abu al-Nujud, dan Abu al-‘aliyah. Abu al-‘Aliyah menerimanya dari Umar bin Khattab, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Sabit, dan Abdullah bin Abbas. 
  7. Ibn 'Amir di Syam. Mengambil bacaan dari Al-Mughirah bin Abu Syaibah al-Mahzuni, dari Utsman bin Affan, dan juga dari Abu Al-Darda'.

Diantara tujuh qurra' diatas, tiga dari Kufah, dan empat yang lainnya dari kota-kota yang lainnya.

Adapun qurra' yang sepuluh adalah tujuh qurra' diatas ditambah dengan:

  1. Abu Ja'far Yazid ibn Al-Qa'qa' di Madinah. 
  2. Khalaf ibn Hisyam di Kufah
  3. Ya'qub ibn Ishaq Al-Hadhrami di Bashrah. 

Macam-macam qiraat

Qiraat yang benar diharuskan memenuhi syarat-syarat (dhawabith) berikut:

  1. Memiliki sanad yang valid
  2. Sesuai dengan bahasa Arab, namun tetap harus didasarkan pada sanad yang valid
  3. Sesuai dengan rasm salah satu dari mushaf 'Utsmani, meskipun secara ihtimalan.

Qiraat yang tujuh adalah qira'ah yang mutawatir, sedangkan qiraah yang tiga (selain dari yang tujuh diantara qiraah yang sepuluh) biasa dikatakan sebagai qiraah yang masyhur. Baik qiraah yang mutawatir maupun qiraah yang masyhur memenuhi ketiga syarat diatas. Hanya saja, qiraah masyhur tidak sampai mencapai derajat mutawatir, namun masyhur di kalangan para qurra'.

Jika suatu qiraah hanya memenuhi syarat sanad namun menyalahi bahasa Arab atau rasm 'Utsmani atau tidak masyhur di kalangan para qurra' maka ia disebut sebagai qiraah aahaad. Adapun qiraah yang tidak memenuhi syarat sanad disebut sebagai qiraah yang syadz. Baik qiraah aahaad maupun syadz tidak boleh digunakan.

Ada juga yang disebut sebagai qiraah mudraj, yaitu qiraah yang disertai dengan beberapa kalimat tafsir, misalnya qiraah Ibn Abbas yang menambahkan kalimat "fii mawaasim al-hajj" pada QS Al-Baqarah: 198 dengan maksud untuk memperjelas. Qiraah ini juga tidak boleh digunakan.

Imam Al-Syathibi menulis kitab yang menjelaskan tentang cara membaca berdasarkan qurra' yang tujuh. Kemudian Imam Ibn Al-Jazari menulis kitab yang menjelaskan cara membaca berdasarkan tiga qurra' yang lainnya (yakni tiga qurra' yang jika ditambahkan pada yang tujuh menjadi sepuluh).

Para periwayat dari qurra' yang tujuh dan sepuluh

Para periwayat dari qurra' yang tujuh adalah sebagai berikut: 

  1. Periwayat Nafi' (70 - 169 H): Qalun (120 - 220 H) dan Warsy (110 - 197 H)
  2. Periwayat Ibnu Katsir (45 - 120 H): Al-Bazzi (170 - 250 H) dan Qunbul (195 - 291 H)
  3. Periwayat 'Ashim (? - 127 H): Syu'bah (95 - 193 H) dan Hafsh (90 - 180 H)
  4. Periwayat Hamzah (80 - 156 H): Khalaf (150 - 229 H) dan Khallad (? - 220 H)
  5. Periwayat Al-Kisai (119 - 189 H): Al-Laits (? - 240 H) dan Al-Duri (150 - 246 H)
  6. Periwayat Abu 'Amr (68 - 154 H): Al-Duri (150 - 246 H) dan Al-Susi (? - 261 H)
  7. Periwayat Ibn 'Amir (8 - 118 H): Hisyam (153 - 245 H) dan Ibn Dzakwan (173 - 242 H) 

Qiraat Al-Qur'an yang saat ini banyak digunakan di dunia Islam adalah riwayat-riwayat yang dicetak tebal. Riwayat yang paling banyak digunakan adalah riwayat Hafsh dari 'Ashim. Dan memang qiraat dengan riwayat ini bisa dibilang paling mudah dibaca. Imam Hafsh menceritakan tentang komunikasinya dengan Imam 'Ashim. Ia bertanya kepada gurunya: “Kenapa bacaan Syu’bah berbeda dengan bacaan saya? Imam 'Ashim menjawab: “Bacaan yang kamu pelajari seperti yang saya pelajari dari Abdurrahman al-Sullami yang transmisi sanadnya sampai pada Sayyidina Ali. Sedangkan saya mengajarkan kepada Syu’bah sebagaimana yang saya pelajari dari Zir bin Hubaisy dari Abdullah bin Mas’ud.”

Disamping itu beberapa riwayat yang lainnya juga digunakan di beberapa belahan lain dunia Islam:

  1. Riwayat Qalun dari Nafi' digunakan di Libya, Tunisia, dan Qatar.
  2. Riwayat Warsy dari Nafi' digunakan di Aljazair, Maroko, Afrika bagian barat, Sudan, sebagian Tunisia, dan sebagian Libya.
  3. Riwayat Al-Duri dari Abu 'Amr digunakan di sebagian Sudan dan sebagian Afrika bagian barat.
  4. Riwayat Hisyam dari Ibn 'Amir digunakan di sebagian Yaman.

Adapun para periwayat dari qurra' yang tiga adalah sebagai berikut:

  1. Periwayat Abu Ja'far Yazid ibn Al-Qa'qa' (? - 130 H): Isa ibn Wardan (? - 160 H) dan Ibn Jummaz (? - 170 H)
  2. Periwayat Khalaf: Ruwais (? - 238 H) dan Rawh (? - 234 H)
  3. Periwayat Ya'qub ibn Ishaq Al-Hadhrami: Ishaq (? - 286 H) dan Idris (189 - 292 H)

Bacaan Al-Qur'an berdasarkan sepuluh qiraat diatas bisa didengarkan disini.