Dalam tiga surat yang berurutan, yaitu QS Al-Ankabut, QS Al-Ruum, dan QS Luqman, Allah menggambarkan tabiat manusia ketika telah ditolong dan diselamatkan oleh Allah dari suatu bahaya atau musibah. Dalam QS Al-Ankabut: 65 -66, Allah Ta'ala berfirman:
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
لِيَكْفُرُوا بِمَا آتَيْنَاهُمْ وَلِيَتَمَتَّعُوا ۖ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ
"Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)"
"dalam rangka untuk mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka dan (hidup) bersenang-senang (dalam kekafiran). Kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatannya)."
Kemudian dalam QS Al-Ruum: 33 - 34 Allah Ta'ala berfirman:
وَإِذَا مَسَّ النَّاسَ ضُرٌّ دَعَوْا رَبَّهُمْ مُنِيبِينَ إِلَيْهِ ثُمَّ إِذَا أَذَاقَهُمْ مِنْهُ رَحْمَةً إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ بِرَبِّهِمْ يُشْرِكُونَ
لِيَكْفُرُوا بِمَا آتَيْنَاهُمْ ۚ فَتَمَتَّعُوا فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ
"Dan apabila manusia disentuh oleh suatu bahaya, mereka menyeru Tuhannya dengan kembali bertaubat kepada-Nya, kemudian apabila Tuhan merasakan kepada mereka barang sedikit rahmat daripada-Nya, tiba-tiba sebagian dari mereka mempersekutukan Tuhannya,"
"dalam rangka untuk mengingkari apa yang telah Kami berikan kepada mereka. Maka bersenang-senanglah kamu sekalian, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu)."
Dan akhirnya dalam QS Luqman: 32 Allah Ta'ala berfirman:
وَإِذَا غَشِيَهُمْ مَوْجٌ كَالظُّلَلِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ فَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ ۚ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا كُلُّ خَتَّارٍ كَفُورٍ
"Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar."
Juga dalam QS Al-Zumar: 8 Allah Ta'ala berfirman:
وَإِذَا مَسَّ الْإِنْسَانَ ضُرٌّ دَعَا رَبَّهُ مُنِيبًا إِلَيْهِ ثُمَّ إِذَا خَوَّلَهُ نِعْمَةً مِنْهُ نَسِيَ مَا كَانَ يَدْعُو إِلَيْهِ مِنْ قَبْلُ وَجَعَلَ لِلَّهِ أَنْدَادًا لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۚ قُلْ تَمَتَّعْ بِكُفْرِكَ قَلِيلًا ۖ إِنَّكَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: "Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka".
Dari semua ayat-ayat diatas, bisa disimpulkan bahwa sikap manusia setelah ditolong dan diselamatkan oleh Allah dari suatu bahaya atau musibah ada dua macam. Pertama, lupa lagi kepada Allah, dan malah menyekutukan Allah dalam rangka untuk meraih kesenangan dunia seraya mengingkari nikmat yang telah Allah berikan. Kedua, tetap menempuh jalan yang lurus.
Kalau kita renungi, yang menyebabkan seseorang menjadi kufur setelah ditolong adalah karena ia lupa bahwa Allah telah menolong dan menyelamatkannya. Setelah ditolong dan diselamatkan, kenikmatan dunia membuatnya lupa dan lalai. Andaikan dia ingat bagaimana Allah telah menolong dan menyelamatkannya, niscaya ia akan senantiasa bersyukur kepada Allah dengan tetap memurnikan ketaatan kepadanya. Jadi lalai (ghaflah) adalah sumber malapetaka bagi manusia. Sebaliknya, banyak mengingat Allah dan merenungi nikmat-nikmat yang telah Dia berikan adalah pangkal dari keselamatan.
Faidah:
Diantara cara agar doa kita dikabulkan oleh Allah dan agar kita mendapatkan pertolongan Allah ketika istighatsah adalah "mukhlishina lahud diin", betul-betul ikhlas, betul-betul tulus, memurnikan ketundukan dan ketaatan hanya kepada Allah, tidak terbersit sedikitpun penyekutuan terhadap Allah. Kedua, hendaknya kita "miniibiina ilaih", yaitu kembali dan bertaubat kepada Allah, mengakui dosa-dosa dan kekurangan kita sembari meminta ampun kepada-Nya.