Cetak

Semenjak tahun 2500 SM, bumi yang sekarang ini disebut sebagai Palestina telah dihuni oleh penduduk aslinya, yang menurut catatan sejarah diidentifikasi sebagai bangsa Kan'an dan bangsa Finik. Kemudian pada tahun 1200 SM, sekelompok kabilah dari Pulai Kreta berhijrah ke kawasan yang sama, namun di bagian yang berbeda, dan membangun sebuah kota bernama P-L-S-T. Inilah para penduduk paling awal yang berhasil dicatat oleh sejarah sebagai penduduk asli Palestina. Jadi, penduduk asli Palestina bukanlah Bani Israil. Nanti akan kita lihat bahwa Bani Israil adalah kaum imigran di Palestina, yang lahir dari garis keturunan Nabi Ibrahim.

Pada tahun 1900 SM, Nabi Ibrahim dan Luth berhijrah dari Iraq ke Palestina. Di Palestina inilah kemudian terlahir keturunan Ibrahim yang bernama Ishaq. Dari Ishaq lahir Ya'qub (yang disebut pula sebagai Israil), dan dari Ya'qub lahirlah Yusuf dan sebelas orang saudaranya. Sebagaimana diketahui dari catatan sejarah, Yusuf kemudian berhijrah ke Mesir dan mendapatkan kedudukan yang terhormat disana. Kemudian, Ya'qub dan keturunannya yang disebut sebagai Bani Israil ikut berhijrah ke Mesir atas permintaan Yusuf. Bangsa Bani Israil pun berkembang biak di Mesir.

Namun beberapa lama setelah wafatnya Yusuf, Bani Israil mengalami nasib yang mengenaskan. Mereka dijadikan sebagai budak oleh fir'aun (raja) Mesir. Pada zaman inilah Musa terlahir diantara bangsa Bani Israil, dan sempat tumbuh dan besar di lingkungan istana fir'aun. Namun setelah sebuah insiden, ia terpaksa harus lari ke Madyan. Dan Musa pun menikah dengan wanita Madyan.

Atas perintah Allah, Musa harus kembali ke Mesir dengan misi membebaskan bangsanya dari perbudakan fir'aun dan membawa mereka ke Tanah Yang Dijanjikan. Dengan dibantu saudaranya yang bernama Harun, Musa pun mendatangi fir'aun dalam rangka melaksanakan misinya tersebut. Namun fir'aun bersikap keras kepala, dan karenanya Allah mendatangkan beberapa mukjizatnya melalui tangan Musa untuk bisa melunakkan hati fir'aun. Namun fir'aun tetap saja keras kepala meski segala mukjizat telah jelas menunjukkan kebenaran Musa dan seruan yang dibawanya.

Akhirnya, Musa bersama-sama dengan Harun diperintahkan oleh Allah untuk memimpin Bani Israil meninggalkan Mesir, meski tidak diijinkan oleh fir'aun. Begitu Bani Israil dalam perjalanan meninggalkan Mesir, fir'aun dan balatentaranya pun mengejar. Sesampai di Laut Merah, Bani Israil kebingungan karena didepan mereka hanya lautan luas, sementara di belakang mereka fir'aun dan balatentaranya telah siap menangkap mereka. Pada saat genting itulah, Allah menurunkan mukjizatnya. Dengan izin Allah, tongkat Musa bisa membelah lautan dan menghamparkan jalan ke seberang lautan. Bani Israil pun menyeberangi lautan itu, sementara fir'aun dan balatentaranya mengejar dari belakang. Begitu Bani Israil sampai di seberang lautan sementara fir'aun dan balatentaranya masih berada diantara dua belahan air laut, Allah mengembalikan air laut sebagaimana semula sehingga fir'aun dan balatentaranya pun mati tenggelam.

Sesudah itu Musa diperintahkan oleh Allah untuk mendaki gunung Tursina, dalam rangka mengambil wahyu yang berisi hukum dan perundang-undangan bagi Bani Israel. Namun selama Musa melaksanakan tugasnya, Bani Israil justru berkhianat dengan membuat sesembahan berupa patung sapi, dan memaksa Harun tidak bisa berbuat banyak untuk menghalangi perbuatan durjana mereka.

Begitu Musa turun dari gunung, ia sangat marah. Dan sebagai hukuman bagi Bani Israil, Allah memerintahkan mereka yang telah berbuat durhaka untuk bertaubat dengan cara membunuh diri mereka sendiri (QS Al-Baqarah: 54).

Setelah beberapa lama, atas perintah Allah Musa memerintahkan kaumnya untuk memasuki Tanah Yang Dijanjikan. Namun mereka menolak perintah Musa disebabkan oleh rasa takut, karena mereka harus menghadapi kaum yang memiliki tubuh yang besar dan kuat. Mereka bilang, "Kami tidak akan pernah memasuki negeri itu selama orang-orang yang bertubuh besar dan kuat itu masih ada didalamnya. Pergilah engkau bersama tuhanmu dan berperanglah. Kami akan tetap duduk disini saja." (QS Al-Maidah: 20-26)

Atas pembangkangan ini, Allah menghukum mereka dengan mengharamkan atas mereka Tanah Yang Dijanjikan, dan menjadikan mereka terlunta-lunta di padang gurun yang gersang hingga mereka semua mati. Hanya tersisa sedikit saja diantara pengikut Musa, yang bebas dari hukuman karena tetap patuh pada Musa. Diantara mereka ini adalah Joshua (Yusa' bin Nun), orang kepercayaan Musa.

Namun belum sampai Musa dan pengikutnya yang sedikit tersebut memasuki Tanah Yang Dijanjikan, Musa menemui ajalnya. Akhirnya, Bani Israil memasuki Tanah Yang Dijanjikan tersebut dibawah komando Joshua. Menurut catatan sejarah, mula-mula mereka masuk ke Jordan. Selanjutnya pada tahun 1156 SM, mereka berhasil menaklukkan Jericho, disusul kemudian kota-kota yang lainnya, termasuk Al-Quds (Jerusalem).

Sampai disini, Bani Israil telah menguasai Palestina. Hanya saja perlu dicatat bahwa para pemimpin Bani Israil ketika itu adalah orang-orang bertauhid yang taat kepada Allah, semenjak Ya'qub, Yusuf, Musa, Harun, dan Joshua. Justru ketika Joshua dan pasukannya masuk ke Palestina, yang mereka perangi adalah kaum paganis yang menyembah berhala. Dengan demikian, masuknya Joshua ke Palestina adalah untuk menegakkan kembali panji tauhid di bumi tersebut.

Sepeninggal Musa, Bani Israil dipimpin oleh para hakim. Dan Joshua adalah hakim yang pertama, disusul kemudian oleh hakim-hakim yang lainnya sepeninggalnya, sampai dengan hakim terakhir yang bernama Samuel. Masa antara Joshua sampai dengan Samuel ini dikenal dalam sejarah sebagai Zaman Para Hakim ('Ashr al-Qudhaat).

Catatan: Tulisan ini sebelumnya telah dimuat di blog penulis dengan alamat https://filestin.wordpress.com.