Mari kita renungkan kisah dua orang raja. Yang pertama adalah Ratu Bilqis, yang kedua adalah Raja Najasyi. Kisah Ratu Bilqis, penguasa Negeri Saba' di zaman Nabi Sulaiman, diabadikan dalam Al-Qur'an. Adapun kisah Raja Najasyi, raja Habasyah di zaman Nabi saw, bisa kita dapatkan dalam Sirah Nabawiyah. Satu kesamaan diantara kedua sosok raja tersebut adalah sikap adil. 

Dikisahkan dalam Al-Qur'an bahwa Ratu Bilqis adalah seorang penguasa yang adil, hanya saja dia dan kaumnya awalnya adalah penyembah matahari. Begitu mendapatkan ajakan ber-Islam dari Nabi Sulaiman dan mendapatkan berbagai tanda akan kebesaran Allah Tuhan Yang Benar, ia pun dengan mudah menyadari kesalahannya selama ini (menyembah matahari) dan kemudian ber-Islam.

Serupa itu pula kisah Raja Najasyi. Ia adalah seorang raja yang dikenal dengan keadilannya. Pada awalnya ia beragama Nasrani. Setelah mendapatkan informasi mengenai Islam melalui para sahabat Rasulullah yang berhijrah ke Habasyah dan kemudian ajakan ber-Islam dari Rasulullah, ia pun - menurut pendapat kebanyakan ulama - ber-Islam meskipun tidak secara terang-terangan karena alasan politis. Salah satu bukti dari keislamannya adalah kenyataan bahwa Rasulullah saw melakukan shalat jenazah secara ghaib ketika Raja Najasyi wafat. Sebagaimana kita ketahui, seorang mayit tidak akan dishalati kecuali jika dia adalah seorang muslim. Apalagi yang menyalati adalah Rasulullah saw sendiri.

Dari kisah dua sosok raja diatas, kita bisa menarik satu pelajaran bahwa sikap adil itu bisa menjadikan seseorang mudah menerima petunjuk. Ini selaras dengan firman Allah (yang artinya): "Bersikaplah adil; ia lebih dekat kepada ketaqwaan." Wallahu a'lam bish shawab.