Imam Abu Hamid Al-Ghazali menjelaskan tentang tazkiyatun nafs dalam kitabnya Ihya 'Ulumiddin dengan membaginya menjadi empat bagian: 1) ibadat, 2) 'aadaat (kehidupan sehari-hari), 3) muhlikaat (hal-hal yang merusak dan menghancurkan), dan 4) munjiyaat (hal-hal yang menyelamatkan). 'Ibadat merupakan sarana untuk tazkiyatun nafs. Dalam bab 'ibadat, beliau memulai dengan pembahasan tentang ilmu kemudian diikuti dengan prinsip-prinsip aqidah. Sesudah itu beliau membahas mengenai rahasia-rahasia dibalik berbagai ibadah, antara lain sebagai berikut:
- Rahasia-rahasia thaharah
- Rahasia-rahasia sholat
- Rahasia-rahasia zakat
- Rahasia-rahasia puasa
- Rahasia-rahasia haji
Sesudah itu beliau membahas tentang adab-adab membaca Al-Qur'an, diikuti dengan dzikir-dzikir dan doa-doa. Lalu beliau menutup bab 'ibadat dengan pembahasan mengenai cara mengatur wirid dan menghidupkan malam.
Sesudah itu beliau membahas tentang bagaimana menjadikan aktivitas keseharian ('aadaat) kita juga bisa menjadi sarana tazkiyatun nafs. Kuncinya adalah menunaikan adab-adab dalam berbagai aktivitas keseharian kita. Beliau membahas hal ini dalam beberapa bagian sebagai berikut:
- Adab-adab makan
- Adab-adab nikah
- Adab-adab bekerja dan mencari penghasilan
- Halal dan haram
- Adab-adab berinteraksi dengan orang lain dan makhluq-makhluq Allah lainnya
- Adab-adab 'uzlah
- Adab-adab bepergian
- Adab-adab mendengarkan syair, lagu, dan semacamnya dan melihat tontonan
- Amar ma'ruf nahy munkar
- Meneladani akhlaq Rasulullah saw
Adapun pada bagian ketiga, Imam Al-Ghazali membahas tentang hal-hal yang menghancurkan. Beliau memulai pembahasan bagian ini dengan berbicara tentang seluk-beluk hati dan pentingnya melatih diri (riyadhah) dalam tazkiyatun nafs. Kemudian sesudah itu beliau berbicara mengenai hal-hal yang merusak sebagai berikut:
- Dua syahwat, yakni syahwat perut dan syahwat kemaluan
- Penyakit-penyakit lisan, yang meliputi antara lain: berbicara yang tidak ada manfaatnya, fudhul al-kalam (banyak omong, berbicara berlebihan), berbicara hal-hal yang buruk dan jorok, debat kusir, saling mencerca, suka melaknat, mengolok-olok, menyanyikan lagu atau musik yang diharamkan, suka melawak atau bercanda yang berlebihan, membocorkan rahasia, berbohong, bersumpah palsu, berjanji untuk diingkari, ghibah, namimah (mengadu domba), dan suka menjilat (memuji-muji yang dibuat-buat dengan maksud duniawi).
- Marah, dendam, dan hasad
- Cinta dunia
- Bakhil dan cinta harta
- Riya', gila hormat, dan cinta popularitas
- Sombong dan ujub
- Ghurur
Kemudian pada bagian terakhir dari kitab Ihya 'Ulumiddin, beliau membahas tentang berbagai hal yang menyelamatkan, yaitu sebagai berikut:
- Taubat
- Sabar dan syukur
- Takut (khawf) dan harapan (raja')
- Kefakiran dan zuhud
- Tauhid dan tawakkal
- Cinta dan ridha
- Ikhlas dan tulus
- Muraqabah (merasa diawasi oleh Allah) dan muhasabah (mengevaluasi diri)
- Tafakkur
- Mengingat kematian dan kehidupan sesudah kematian
Said Hawa dalam kitabnya Al-Mustakhlash fi Tazkiyatil Anfus melakukan sistematisasi ulang sekaligus meringkas kandungan kitab Ihya' Ulumiddin. Beliau menyebutkan hal-hal berikut sebagai induk dari sarana-sarana tazkiyatun nafs:
- Sholat
- Zakat dan infaq
- Puasa
- Haji
- Tilawah Al-Qur'an
- Dzikir
- Tafakkur terhadap ciptaan-ciptaan Allah
- Mengingat mati dan pendek angan-angan
- Muraqabah, muhasabah, mujahadah, dan mu'atabah
- Jihad dan amar ma'ruf nahy munkar
- Bersikap tawadhu'
- Memiliki ilmu tentang tazkiyatun nafs, yakni mengetahui jalan-jalan masuk syaitan kedalam jiwa dan cara menghalaunya, serta penyakit-penyakit hati dan cara membersihkan hati darinya.
Sesudah itu beliau membahas penyakit-penyakit hati sebagai berikut:
- Kufur, nifaq, fusuq, dan bid'ah
- Syirik dan riya'
- Gila hormat, cinta popularitas, dan cinta kekuasaan
- Hasad
- Ujub
- Sombong
- Bakhil
- Ghurur
- Amarah
- Cinta dunia
- Memperturutkan nafsu
Membebaskan dari berbagai penyakit hati sebagaimana disebutkan diatas biasa disebut sebagai al-takhalli, yakni mengosongkan hati dari penyakit-penyakit hati.
Kemudian beliau menjelaskan tentang apa saja yang semestinya ada dalam hati kita, yaitu:
- Tauhid, ketundukan, dan penghambaan kepada Allah
- Ikhlas
- Tulus
- Zuhud
- Tawakkal
- Mahabatullah (mencintai Allah)
- Takut (khawf) dan harapan (raja')
- Taqwa dan wara'
- Syukur
- Sabar, menerima, dan ridha
- Muraqabah dan musyahadah, disebut juga sebagai maqam ihsan
- Taubat secara terus-menerus
Mewujudkan berbagai sikap hati sebagaimana disebutkan diatas biasa disebut sebagai al-tahalli, yakni menghiasi hati dengan sifat-sifat terpuji. Adapun Said Hawa menyebutnya sebagai al-tahaqquq.