Cetak

Allat Ta'ala menjelaskan dalam QS Al-Baqarah: 183 bahwa tujuan berpuasa adalah la'allakum tattaquun, 'agar kalian bertaqwa'. Dari sini kita bisa mengatakan bahwa buah yang kita harapkan dari ibadah Ramadhan adalah taqwa, yang juga merupakan sebaik-baik bekal dalam mengarungi kehidupan. Lalu, seperti apakah ciri-ciri taqwa yang merupakan buah dari ibadah Ramadhan? Jika kita amati, diantara ciri-ciri taqwa yang insyaallah kita dapatkan dari ibadah Ramadhan tercermin dari amalan-amalan utama di bulan Ramadhan itu sendiri. Apakah sajakah itu?

Pertama, keimanan yang kuat pada perkara-perkara ghaib. Ini sesuai dengan firman Allah Ta'ala mengenai orang yang bertaqwa di awal QS Al-Baqarah: "Yaitu orang-orang yang beriman kepada yang ghaib". Iman kepada yang ghaib meliputi iman kepada Allah, malaikat-malaikat Allah, pahala dan dosa, Hari Akhir, Hari Kebangkitan, Hari Pembalasan, Surga dan Neraka. Iman kepada perkara-perkara yang ghaib ini adalah suatu ujian, dimana kita diuji apakah kita mampu mempercayai hal-hal yang tidak tampak. Ketika perkara-perkara tersebut sudah tidak ghaib lagi maka tidak ada lagi gunanya keimanan, karena ketika sudah tampak nyata tentu saja semua orang pasti akan beriman. Inilah mengapa orang yang sebelumnya tidak beriman tidak akan lagi diterima imannya ketika maut sudah menjemput (sakaratul maut) dan Hari Kebangkitan telah tiba. Saat sakaratul maut pandangan manusia akan menjadi tajam, akan ditampakkan kepadanya sebagian dari hakikat-hakikat yang ghaib. Dan saat Hari Kebangkitan tiba, semua orang akan menyadari bahwa Hari Kebangkitan memang ada, dan setiap perbuatan akan dihitung dan dibalas.

Orang yang bertaqwa senantiasa merasakan kehadiran Allah, senantiasa merasakan bahwa Allah senantiasa melihat dan mengawasinya. Karena itu ia akan senantiasa melihat apa yang ia pikirkan, apa yang ia ucapkan, dan apa yang ia perbuat, berharap agar Allah meridhainya dan takut serta khawatir jika Allah membencinya. Demikian pula ia tidak akan pernah merasa takut karena merasakan kebersamaan Allah ketika ia hidup dalam ketaaatan kepada-Nya. Ini adalah buah dari orang yang berpuasa, yang rela tidak makan dan tidak minum meski tidak ada manusia lain yang melihat, karena ia menyadari Allah selalu melihat.

Orang yang bertaqwa akan memperhitungkan segala sesuatu yang ia ucapkan dan ia perbuat karena ia menyadari bahwa semuanya akan dibalas oleh Allah; kebaikan dibalas kebaikan dan keburukan dibalas keburukan. Jika tidak di dunia ini, semua akan disempurnakan pada Hari Akhir. Itulah mengapa orang-orang yang bertaqwa tidak akan pernah bersikap aji mumpung di dunia ini. Ia menyadari bahwa dunia ini hanya sementara, sangat singkat, dan semuanya akan dibalas pada Hari Pembalasan.

Kedua, pengendalian diri dan kesabaran. Sebulan penuh berpuasa, kita dilatih untuk mengendalikan diri kita. Kita menahan diri untuk tidak makan, tidak minum, dan tidak berhubungan suami istri, semata-mata untuk Allah. Kita rela meninggalkan itu semua yang sebetulnya adalah hal-hal yang diperbolehkan, hanya karena ingin menaati perintah Allah. Maka apatah lagi terhadap hal-hal yang diharamkan, pasti kita akan meninggalkannya.

Demikian pula selama berpuasa kita dilatih untuk mengendalikan ucapan dan perbuatan kita agar kita tidak kehilangan pahala puasa. Ketika ada orang yang mengajak bertengkar, kita tidak terpancing dan kita katakan, "Sesungguhnya aku sedang berpuasa." Maka selepas bulan Ramadhan diharapkan kita mampu menahan diri dari ucapan dan perbuatan yang dilarang. Kita pun menjadi pandai menahan diri dari nafsu amarah, sebagaimana dijelaskan dalam QS Ali 'Imran: 134: "Dan orang-orang yang mampu menahan amarahnya dan gemar memaafkan orang lain."

Selama bulan Ramadhan kita melatih kesabaran dengan cara meninggalkan makan, minum, dan berhubungan suami istri pada siang hari, meninggalkan ucapan dan perbuatan yang dilarang, dan lama-lama melakukan ibadah sholat dan berbagai ibadah lainnya pada malam harinya. Ramadhan melatih kita untuk bersabar meninggalkan apapun yang dilarang oleh Allah dan bersabar melakukan berbagai macam ketaatan kepada Allah.

Ketiga, menegakkan dan menjaga sholat. Selama bulan Ramadhan, kita dilatih banyak mengerjakan sholat. Malam-malam Ramadhan kita hidupkan dengan qiyam Ramadhan. Jika terhadap sholat tarawih yang sunnah saja kita begitu bersemangat, maka terhadap sholat-sholat wajib kita pun lebih bersemangat lagi. Pembiasan mengerjakan banyak sholat selama bulan Ramadhan diharapkan menjadikan kita sebagai hamba Allah yang senantiasa menegakkan dan menjaga sholat. Ciri taqwa ini disebutkan di awal QS Al-Baqarah: "Dan mereka menegakkan sholat".

Keempat, menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman. Begitu intensnya kita tadarrus Al-Qur'an selama bulan Ramadhan diharapkan menjadikan kita sebagai hamba-hamba Allah yang benar-benar mengimani Al-Qur'an dan menjadikannya sebagai pedoman hidup. Itu kita tunjukkan dengan banyak membaca, menghayati, mempelajari, mengamalkan, mengajarkan, dan mendakwahkannya. Ciri taqwa ini diisyaratkan di awal QS Al-Baqarah: "Dan orang-orang yang beriman kepada apa yang Kami (Allah) turunkan kepadamu (wahai Muhammad)..."

Kelima, banyak beristighfar, berdzikir, dan berdoa. Kita dianjurkan untuk banyak-banyak beristighfar, berdzikir, dan berdoa selama bulan Ramadhan, baik pada siang hari maupun malam harinya. Ini merupakan pembiasan agar kita menjadi hamba Allah yang suka meminta ampun, banyak mengingat-Nya, dan senantiasa meminta hanya kepada-Nya. QS Ali 'Imran: 133 mengisyaratkan bahwa orang-orang yang bertaqwa itu bersegera mengejar ampunan Allah. Dilanjutkan lagi dalam QS Ali 'Imran: 135 bahwa orang-orang yang bertaqwa itu apabila berlaku zhalim atau berbuat keji maka mereka segera ingat kepada Allah, lalu meminta ampun kepada-Nya, dan segera berhenti dari perbuatan dosa tersebut.

Keenam, gemar berinfaq. Di bulan Ramadhan kita dibiasakan banyak berinfaq, baik itu infaq wajib seperti zakat maupun infaq sunnah. Ini adalah latihan agar kita menjadi hamba Allah yang gemar berinfaq. Ciri taqwa ini dinyatakan di awal QS Al-Baqarah: "Dan dari apa-apa yang Kami telah karuniakan kepada mereka, mereka menginfakkan (sebagiannya)." Juga dijelaskan dalam QS Ali 'Imran: 134 bahwa orang-orang yang bertaqwa itu gemar berinfaq baik dalam keadaan lapang ataupun sempit.

Ketujuh, memakmurkan masjid. Di bulan Ramadhan, terutama pada sepuluh hari yang terakhir, kita dianjurkan untuk beri'tikaf. Demikian pula kita dianjurkan melakukan qiyam Ramadhan di masjid. Ini semuanya melatih kita untuk dekat dengan masjid dan suka memakmurkannya. Ini sesuai dengan firman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang bertaqwa."

Kedelapan, mengagungkan syiar-syiar Allah. Allah Ta'ala berfirman, "Dan barangsiapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk ketaqwaan hati." Salah satu contoh syiar Allah yang dianjurkan untuk dilakukan selama bulan Ramadhan adalah 'umrah. Dalam ibadah 'umrah terdapat banyak syiar-syiar Allah, baik itu tempatnya maupun rangkaian ibadahnya. Mengerjakan sholat tarawih di masjid-masjid yang biasa dilakukan selama bulan Ramadhan juga termasuk menghidupkan syiar-syiar Allah.